Dark/Light Mode

Beras Naik, Gula Naik

Presiden Heran, Apalagi Rakyat

Rabu, 22 April 2020 07:02 WIB
Presiden Jokowi saat Rapat Terbatas soal pangan melalui teleconference kemarin. (Foto: Sekretariat Kabinet)
Presiden Jokowi saat Rapat Terbatas soal pangan melalui teleconference kemarin. (Foto: Sekretariat Kabinet)

RM.id  Rakyat Merdeka - Harga sejumlah bahan pokok terutama beras, gula, dan bawang putih, terus melonjak. Padahal, di level petani, harganya rendah. Kondisi ini membuat Presiden Jokowi bingung. Kalau Presiden saja sampai bingung, apalagi rakyat.

Kemarin siang, Jokowi menggelar Rapat Terbatas (Ratas) soal pangan. Meski rapat digelar secara teleconference, kekesalan Jokowi tidak bisa disembunyikan. Dia meminta jajarannya bisa menstabilkan harga pangan. Apalagi bulan Ramadan akan datang.

Kenaikan harga itu sebenarnya bukan baru-baru ini saja. Sejak awal kasus corona muncul, kenaikan harga pangan sudah terjadi.

Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian sudah bolak-balok ke pasar, impor gula dan bawang putih juga sudah datang. Tapi, harganya tidak turun-turun. "Harga gula tidak bergerak sama sekali, justru naik menjadi Rp 19 ribu. Bawang putih, bawang bombai juga belum turun," ucap Jokowi, yang ditujukan ke Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto.

Baca juga : PKS Komitmen Melayani Rakyat

Di Jabodetabek, harga gula di warung sembako berkisar Rp 17-19 ribu per kilogram. Padahal, pemerintah menetapkan harga si manis ini hanya Rp 12.500 per kilogram.

Jokowi kemudian menyoroti tingginya harga beras. Berdasarkan data yang diterimanya, harga gabah kering di tingkat petani turun 5 persen. Sayangnya, hal ini tidak dibarengi harga beras di konsumen, yang naik 0,4 persen. Dia meminta jajarannya segera mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi.

"Ini ada apa? Tolong dilihat betul lapangannya. Lapangannya dicek betul. Ini pasti ada masalah. Kalau harga gabah kering giling turun, mestinya harga berasnya juga ikut turun. Ini petaninya nggak dapat untung, harga berasnya naik, masyarakatnya dirugikan. Ini yang untung siapa? Dicari," tegas Jokowi.

Ia menyindir kinerja Mendag Agus Suparmanto. "Saya nggak tahu ini dari Kementerian Perdagangan apa sudah melihat lapangannya bahwa ini belum bergerak," kata Jokowi.

Baca juga : Bersinar di El Real, Benzema Ngarep Pensiun di Lyon

Menurut dia, rantai pasokan pangan harus betul-betul memberikan perlindungan bagi petani. Pasokan pun wajib mengikuti dinamika kebutuhan di lapangan. Jokowi mewanti-wanti agar tidak ada oknum bermain harga dan pasokan. "Ambil ini sebagai momentum untuk melakukan reformasi besar-besaran dalam kebijakan sektor pangan di negara kita," imbuhnya.

Kenaikan beras dan gula menjadi buah bibir warganet. Mereka heran, kenapa Presiden belum tahu penyebabnya. "Beneran nggak tahu, apa pura-pura nggak tahu? Semua alat informasi dan sumber daya ada dalam pemerintah untuk mencari tahu siapa yang bermain," cuit @DsSupriyady.

Sedangkan akun @fhaifas_, mencoba memberikan jawaban. Kata dia, yang menyebabkan harga naik adalah para tengkulak. "Ya tengkulak atuh. Ngapin mesti dicari, semua manusia juga tahu," katanya. 

Guru Besar dan Kepala Pusat Bioteknologi Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa tidak heran dengan kenaikan harga pangan. Khususnya gula. Saat ini, kebutuhan gula industri dan rumah tangga naik. Sedangkan 50 persen kebutuhan gula nasional diperoleh dari impor.

Baca juga : Yang Miskin Nambah 3 Juta, Yang Nganggur Nambah 5 Juta

 "Sekarang ada hambatan dalam perdagangan internasional. Otomatis harga naik karena ada hambatan. Masih bertahan di kisaran Rp 18 ribu per kilogram dari harga idealnya Rp 12 ribu per kilo," terangnya, saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.

Soal beras, Dwi memprediksi, produksi beras tahun ini akan lebih rendah ketimbang tahun lalu. Persoalannya, cadangan di gudang Bulog tidak terlalu besar. Hanya 1,4 juta ton. Sehingga kenaikan tidak bisa dihindari.

Hasil kajian Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani (AB2TI) juga menunjukkan, harga gabah kering panen pada Maret justru meningkat 8 persen dibanding tahun lalu, atau sekitar Rp 4.311 per kilogram. Sementara, harga pembelian pemerintah (HPP) gabah hanya Rp 4.200 per kilogram. Bahkan, bulan ini, harga gabah kering panen mencapai Rp 4.500 per kilogram.

Hitungan Dwi, jika harga gabah kering panen rata-rata Rp 4.500 per kilogram, maka saat menjadi beras menjadi Rp 9.000 per kilogram. Jumlah itu masih ditambah ongkos pengolahan Rp 500-1.000 per kilogram, dan biaya transportasi Rp 1.000. Sehingga harga di level konsumen sekitar Rp 11.900 per kilogram. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.