Dark/Light Mode

Di Saat Corona

Pahlawan Datang, Bajingan Muncul

Rabu, 13 Mei 2020 06:37 WIB
Ilustrasi Virus Corona. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi Virus Corona. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Sebulan terakhir, aksi kriminalitas juga naik. Mulai dari penjambretan, curanmor, pembobolan ATM, perampokan, sampai pembunuhan sopir taksi online. Kasus yang sempat bikin heboh adalah perampokan di siang bolong di Bojong Sari, Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Berdasarkan evaluasi Kepolisian, angka kejahatan memang meningkat selama penerapan PSBB. Kabagpenum Polri, Kombes Asep Adi Saputra menjelaskan, ada peningkatan sebesar 11,80 persen saat PSBB. Tren kejahatan yang mengalami peningkatan terbanyak saat ini adalah pencurian dengan pemberatan (curat). 

Aksi pedagang culas juga muncul. Yang teranyar, kasus pengedar daging babi yang dijual seolah-olah daging sapi di Kabupaten Bandung. Kemarin, Polisi membekuk empat orang tersangka kasus ini. Dua tersangka yang disebut sebagai otak kejahatan berasal dari Solo. Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan mengatakan, dari pengakuan tersangka, daging babi diperoleh dari peternakan di Solo. Lalu dikirim ke Bandung dengan mobil pickup

Baca juga : Imin Ingat Garong BLBI

Pelaku menggunakan boraks agar daging babi terlihat merah seperti daging sapi. Dari peternakan, tersangka membeli daging babi seharga Rp 45 ribu per kilogram. Para tersangka kemudian menjual daging tersebut seharga Rp 60.000 di tingkat bandar. Dari tingkat bandar, dibagi lagi ke tingkat pengecer kepada AR dan AS. Mereka menjual harga Rp 85.000 sampai Rp 90.000 per kilogram ke pasar dan masyarakat. Menurut Hendra, ada 63 ton daging babi menyerupai daging sapi yang beredar di masyarakat. 

Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Prof. M Mustofa menilai, munculnya para bajingan ini lantaran adanya situasi yang kondusif untuk melakukan kejahatan atau mencari keuntungan secara curang atau jahat. Situasi tersebut adalah pandemi Covid-19 dan dampaknya. "Seperti pepatah, mereka itu memancing di air keruh. Mencari kesempatan dalam kesempitan," kata Mustofa, saat dikontak tadi malam. 

Baca juga : Di Laut, Kita Jaya, Bukan Ditindas

Mustofa mengungkapkan beberapa faktor yang memicu pelaku kejahatan. Pertama, soal situasi tidak lagi ramai karena sebagian daerah sudah menerapkan PSBB. Hal itu membuat para pelaku kejahatan berani melakukan aksinya bahkan di siang hari. Kedua, polisi terpecah konsentrasinya. Di masa pendemi ini, Polri mengemban banyak tugas seperti penyekatan dan lain sebagainya, sehingga fokusnya terhadap kejahatan jalanan seolah-olah berkurang. Petugas tidak bertambah tapi pelaku kejahatan karena pandemi ini bertambah.

Ketiga, pelaku kejahatan beraksi yaitu faktor ekonomi. Dalam situasi ekonomi yang tertekan seperti sekarang, memunculkan banyak kesulitan. Faktor ini yang memotivasi mereka untuk lebih nekat ketika melihat kesempatan yang ada. 

Baca juga : Khofifah Minta Malang Raya Terapkan PSBB

Agar dampak negatif pandemi tidak makin besar, ia menyarankan perlu ada pengumpulan dana kesetiakawanan sosial, di tingkat lokal, regional, dan nasional. Di momentum Ramadhan, pembayaran zakat bisa diimbau untuk mengatasi masalah sosial dampak Covid-19. "Kalau ini dianalogikan sebagai bencana nasional, minimal perlu dapur umum di wilayah yang sangat rawan," pungkasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.