Dark/Light Mode

Meski Ibadah Haji Dibatalkan, Idul Adha Tetap Berlangsung

Jumat, 12 Juni 2020 16:33 WIB
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia dan New Zealand Nadirsyah Hosen. (Foto: IG@nadirsyahhosen_official)
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia dan New Zealand Nadirsyah Hosen. (Foto: IG@nadirsyahhosen_official)

RM.id  Rakyat Merdeka - Banyak pertanyaan sejumlah pihak setelah diputuskannya pembatalan ibadah haji 2020. Apakah jika pelaksanaan ibadah haji batal, prosesi ibadah Idul Adha juga batal?

Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia dan New Zealand Nadirsyah Hosen menyatakan, ibadah kurban tidak termasuk ke dalam ritual haji.

"Jadi tetap kita melaksanakan ibadah kurban meski tahun ini pelaksanaan haji dibatalkan," tulis Nadirsyah dalam akun Instagram-nya @nadirsyahhosen_official, Jumat (12/6).

Baca juga : Nasdem Nggak Mau Ada Capres Dagelan

Gus Nadir, sapaan akrab Nadirsyah Hosen menerangkan, di Indonesia, meskipun NU dan Muhammadiyah berbeda dalam hisab dan ru'yah namun mereka sepakat bahwa Idul Adha bersifat lokal.

Untuk menentukan tgl 10 Zulhijjah, maka harus tahu tanggal 1-nya. Sedangkan tanggal 1 Zulhijjah bersifat lokal alias bisa berbeda-beda tergantung posisi bulan di masing-masing negara, sesuai dengan hisab atau ru'yahnya. Kalau terjadi perbedaan dalam menentukan tgl 1 Zulhijjah maka tgl 10-nya juga berbeda.

Walhasil, lanjut Gus Nadir, Idul Adha, seperti Idul Fitri, berbeda-beda waktunya di berbagai negara. Mereka berpendapat tidak ada hubungan antara wukuf tanggal 9 di Arafah dengan Idul Adha tanggal 10 di Saudi. 

Baca juga : Haji Tahun Ini Dibatalkan, Bamsoet Ajak Jamaah Terima dengan Lapang Dada

Wukuf memang berkaitan dengan hari arafah, dan tempatnya di Saudi Arabia. Sedangkan Idul Adha dilaksanakan tanggal 10 di seluruh dunia, tidak terikat pada pelaksanaan Idul Adha di Saudi.

"Berbeda dengan wukuf, Idul Adha adalah ibadah yang tidak terikat dengan tempat tertentu. Idul Adha tidak termasuk dalam rangkaian ibadah haji. Dengan kata lain, idul adha itu tidak termasuk bagian dari rukun dan wajib haji," tandas Dosen Senior Bidang Hukum Monash University ini.

Bagaimana dengan Puasa Arafah? Gus Nadir menyatakan, ibada Puasa Arafah tetap dilaksanakan tanggal 9 Zulhijah meski misalnya tak ada jamaah haji yang wukuf di Arafah. Karena puasa sunnah tangga 9 Zulhijah juga bersifat lokal, tidak tergantung pada keputusan pemerintah Saudi.

Baca juga : Haji Dibatalkan, Garuda Makin Lesu Darah

Mengenai puasa Arafah juga bersifat "lokal" adalah fatwa dari Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin yang tercantum dalam Majmu Fatawa wa Rosail Fadhilah al Syeikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin jilid 20 hal 47-48. 

Syekh Utsaimin berpandangan Idul Adha mengikuti keputusan pemerintah setempat, bukan mengikuti keputusan pemerintah Saudi Arabia.

"Nah, kalau ulama Saudi sendiri berfatwa mendukung Idul Adha lokal dan Puasa Arafah lokal, maka mengapa kita masih ngotot mau mengikuti Saudi. Lha wong Syaikh Al-Utsaimin saja nggak mau kita mengikuti Saudi," pungkas Gus Nadir. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.