Dark/Light Mode

Pejabat Sibuk Ganti Istilah

New Normal Jadi AKB, Corona Jadi Malaikat Pencabut Nyawa

Selasa, 14 Juli 2020 06:32 WIB
Tampak petugas medis sedang menanangani pasien corona. (Foto: Antara)
Tampak petugas medis sedang menanangani pasien corona. (Foto: Antara)

 Sebelumnya 
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriphastuti menilai, istilah new normal sulit dimengerti masyarakat, karena menggunakan bahasa asing. Istilah ini justru bikin masyarakat fokus pada situasi normal. Padahal, belum ada data yang menunjukkan Covid-19 hilang dari kehidupan kita.

Apa pun istilahnya, yang jelas corona sudah banyak makan korban jwa. Di dunia, berdasarkan catatan Worldometers, kemarin pagi, total kasus Covid-19 yang terkonfimasi tembus 13.022.988 kasus. 571 ribu kehilangan nyawa. Di Indonesia, kemarin ada penambahan 1.282 kasus baru. Sehingga totalnya mencapai 76.981 kasus yang tersebar di 34 provinsi 461 kabupaten/kota. Jumlah yang wafat bertambah 50 menjadi 3.656 orang. 

Jumlah penambahan kasus baru tertinggi berasal dari DKI Jakarta sebanyak 281 kasus. Jawa Timur menyusul dengan 219 kasus baru. Kemudia Sulawesi Selatan dengan 124 kasus baru, Jawa Tengah 100 kasus baru, Papua 98 kasus baru, dan Jawa Barat 83 kasus baru.

Baca juga : Pacu Bisnis Di Era New Normal, BNI Manfaatkan Big Data

Presiden Jokowi memprediksi, puncak penyebaran corona di Indonesia baru akan terjadi Agustus-September. Hanya saja, prediksi ini bisa berubah jika kasus corona terus melonjak. "Kalau melihat angka-angka, memang nanti perkiraan puncaknya ada di Agustus atau September, perkiraan terakhir. Tapi kalau kita tidak melakukan sesuatu, ya bisa angkanya berbeda," tuturnya.

Karena itu, dia meminta agar para pembantunya terus berupaya menjinakkan penyebaran corona. Kepala Negara bahkan menyinggung teguran keras yang sempat disampaikan kepada para menterinya beberapa waktu lalu. Menurutnya, teguran itu disampaikan untuk memotivasi kinerja para menteri.

"Oleh sebab itu, saya minta pada para menteri untuk bekerja keras. Tapi mintanya dengan agak berbeda. Yaitu memotivasi para menteri agar bekerja lebih keras lagi. Bukan marah. Memotivasi. Agar lebih keras lagi kerjanya," pungkas Jokowi. 

Baca juga : Hadapi Bisnis Di Era New Normal, Bank Butuh Penguatan Modal

Yang menyebut corona seperti malaikat pencabut nyawa adalah Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo. Namun, Doni mengkhususkan istilah ini bagi kalangan rentan.

"Korban jiwa di Tanah Air ini sudah melampaui angka 3.500 bahkan di dunia sudah melampaui angka 550 ribu jiwa. Jadi ini nyata, ini fakta," ungkap Doni, dalam konferensi pers usai rapat bersama Presiden Jokowi, kemarin.

Oleh karenanya, lanjut Doni, semua pihak harus betul-betul memahami kondisi ini. "Menyampaikan pesan-pesan bahwa Covid ini, ibaratnya, mohon maaf, malaikat pencabut nyawa bagi mereka yang rentan," sambungnya.

Baca juga : Pembangunan Desa Harus Berdasarkan Kebutuhan

Doni merinci, kelompok rentan terhadap corona adalah lansia yang rata-rata berusia 60-70 tahun, kemudian masyarakat yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti hipertensi, diabetes, jantung, ginjal, kanker, asma, TBC, dan beberapa penyakit lainnya. Bagi kelompok ini, Doni mengimbau tidak melakukan aktivitas dulu. 

"Tidak berkegiatan di luar rumah. Kalau toh harus keluar rumah pun, harus menjaga jarak, menghindari kerumunan, jangan mendatangi tempat-tempat yang berisiko terjadinya penularan," imbau Doni. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.