Dark/Light Mode

Pratama Persadha

Di Sini, `Surganya` Pembobolan Data

Rabu, 15 Juli 2020 08:10 WIB
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha di acara Ngopi Pagi yang diselenggarakan secara virtual oleh Rakyat Merdeka, Selasa (14/7). (Foto: Istimewa)
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha di acara Ngopi Pagi yang diselenggarakan secara virtual oleh Rakyat Merdeka, Selasa (14/7). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mendengar pemaparan Pratama Persadha bikin kita kaget. Ternyata, Indonesia surganya bagi pembobol data. Mulai dari situs belanja online, bank, perusahaan BUMN hingga akun milik pemerintah, gampang dibobol. Data pribadi diperjualbelikan hingga dipakai untuk aksi kejahatan.

Pratama Prasadha merupakan Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC. Selama ini, dia konsen mencermati kasus pembobolan data. Bukan hanya dalam negeri, tapi kasus yang terjadi di dunia.

Baca juga : Cerita Pemain Muda Persija Jalani Swab Test Saat Pemusatan Latihan

“Kalau sekarang di dunia, populasi manusia mencapai 7 miliar. Maka akun data yang dibobol sudah sampai 15 miliar,” kata Pratama saat menjadi tamu program Ngopi Yuk secara virtual, bersama Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurutnya, dulu orang berpikir pembobolan data hal biasa. Tidak terlalu dipikirkan. Tapi sekarang tidak bisa berpikir seperti itu. Karena ada dampak buruk dari data pribadi yang dibobol, selain untuk dijual. “Data itu bisa dijadikan alat melakukan kejahatan,” tegasnya.

Baca juga : DPR Bakal Fasilitasi Petani Tembakau Dialog Cukai Dengan Pemerintah

Dia pun merinci, kasus pembobolan data berskala besar di dunia. Yahoo pada 2014 lalu, menempati urutan teratas dengan kebocoran hingga 3 miliar akun. Disusul LinkedIn 165 juta akun, eBay 145 juta akun, Canva 130 juta, dan Uber 50 juta.

Bagaimana dengan di sini? Meskipun lebih kecil dibanding kasus di dunia, aksi pembobolan data di sini menimpa berbagai sektor. Belanja online Tokopedia dibobol 91 juta akun. Bukalapak 30 juta akun, KPU 2,3 juta akun, Bhineka 1,2 juta akun, data Covid-19 yang bocor 230 ribu akun, dan Polri dengan 2,3 gigabyte yang bisa diperjualbelikan di darkweb.

Baca juga : Pertamina Tambah Pertashop di Kabupaten Garut

“Di Indonesia agak jadi surga. Perusahaan pemilik layanan, karena belum ada hukum yang bisa menjerat mereka jika terjadi kebocoran. Misalkan, ada satu perusahaan, punya jutaan customer, terus dicuri hacker, dia bilang saya ini korban sehingga tolong mengerti,” terang dosen S2 Sekolah Tinggi Intelijen Negara.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.