Dark/Light Mode

Ganjar Cerita Asal Usul Program Jogo Tonggo

Belajar Dari Lima Duta Besar Dan Serap Aspirasi Masyarakat

Senin, 20 Juli 2020 06:10 WIB
Tangkapan layar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam acara RM Insight, ngobrol virtual yang disiarkan
langsung di Facebook, Youtube dan Instagram Rakyat Merdeka,  Minggu (19/7/2020).
Tangkapan layar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam acara RM Insight, ngobrol virtual yang disiarkan langsung di Facebook, Youtube dan Instagram Rakyat Merdeka, Minggu (19/7/2020).

RM.id  Rakyat Merdeka - Sempat bingung menghadapi pandemi virus corona, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo akhirnya mengusung program Jogo Tonggo (jaga tetangga) untuk menanggulangi virus asal China ini.

Strategi itu diambil dari hasil belajar dengan lima duta besar serta hasil menyerap aspirasi dari tokoh masyarakat. Berkat kebijakan itu, penyebaran Covid-19 di daerah yang dipimpinnya mampu ditekan.

Ganjar mengaku, awal pandemi sempat bingung menghadapi serangan corona. Dirinya tidak memiliki ide dan gagasan untuk menghadapi virus mematikan itu.

Ganjar cemas, membayangkan bagaimana jika virus itu menyerang dan merenggut nyawa warga. Politisi PDIP ini juga mencemaskan dampak ekonominya.

Baca juga : Indonesia Apresiasi Program Pengembangan SDM Transportasi Korsel

Berhentinya aktivitas masyarakat akibat pandemi, tentu berefek pada banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Penanganan Covid-19 itu sangat sulit. Kepanikan terjadi di seluruh negara. Di awal bencana pandemi, masyarakat juga alami kepanikan, ketakutan, kekhawatiran dan stres. Pemerintah daerah sendiri pun bingung harus berbuat apa,” ungkap Ganjar, dalam acara RM Insight, ngobrol virtual yang disiarkan langsung di Facebook, Youtube dan Instagram Rakyat Merdeka, kemarin.

Kepanikan itu, lanjut Ganjar, diperparah dengan kelompok yang sengaja mencari keuntungan ekonomi, yang dengan sengaja menimbun dan menjual masker, hand sanitizer dan Alat Pelindung Diri (APD) dengan harga selangit.

“Itu terjadi karena banyak begundal, berandal dan orang berengsek yang mencari keuntungan di tengah bencana pandemi, tidak memiliki rasa kemanusiaan. Maaf kalau saya ngomong seperti ini. Harusnya mereka berpikir,” cetus Ganjar.

Baca juga : Pasar Tradisional Segera Pake Aplikasi Online

Untuk menghadapi pandemi, Ganjar menceritakan langkah awal diambilnya mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber. Mencari tahu kondisi dan penganan Covid-19 di negara-negara tetangga.

Kemudian, dirinya mencari informasi ke lima Duta Besar (Dubes) Indonesia. Para Dubes itu yaitu, Dubes RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun, Dubes RI untuk Korea Selatan Umar Hadi, Dubes RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno, Dubes RI untuk Vietnam Ibnu Hadi dan Dubes RI untuk Portugal Ibnu Wiwoho Wahyutomo.

“Saya mengaji dan berguru dengan para Duta Besar RI itu. Dari situ saya mulai mengumpulkan data dan materi untuk mengambil keputusan. Kami kelompok tiga persoalan dari dampak pandemi yaitu kesehatan, sosial dan ekonomi,” papar Ganjar.

Dari hasi diskusi dengan para dubes, Ganjar menyimpulkan bahwa penganan Covid-19 sangat bergantung kepada keputusan para pemimpin yang bisa menggerakan masyarakat. Namun demikian, jurus penanganan corona di negara lain belum tentu cocok di Indonesia.

Baca juga : Garuda Patuhi Putusan OJK Dan Kemenkeu

Sebab kultur dan sosial di negaranegara tersebut sangat berbeda dengan di Indonesia. Masyarakat di Indonesia, terutama di Jateng memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri. [DIR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.