Dark/Light Mode

Achmad Yurianto

Dulu Jubir, Kini Jutik

Kamis, 30 Juli 2020 05:43 WIB
Mantan Jubir Pemerintah Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto (Foto: Tangkapan layar)
Mantan Jubir Pemerintah Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto (Foto: Tangkapan layar)

 Sebelumnya 
Ia juga menceritakan alasannya Presiden menunjuknya sebagai jubir. Yuri mengatakan, di awal-awal merebaknya corona, masyarakat kehausan informasi. "Kemudian Pak Presiden melihat kok yang ngomong banyak," kisahnya.

Banyaknya sumber informasi membuat masyarakat bingung. Informasinya jadi simpang-siur. Apalagi, corona adalah virus baru. Semua negara masih gagap menghadapinya. "Akhirnya Presiden memutuskan yang boleh bicara hanya 3; Presiden, Kepala Gugus Tugas dan saya," sambung Yuri.

Namun, bukan berarti menteri-menteri yang lain, khususnya terkait Covid-19, diam dan tak berbuat apa-apa. Di rapat-rapat kabinet, kata Yuri, semua boleh bicara. Hanya saja, mereka tidak menyampaikan ke publik.

Baca juga : Khofifah Lantik Dirut Baru Bank Jatim

Sebagai abdi negara, lanjut Yuri, ia harus memberikan layanan terbaik ke masyarakat. Ia mengibaratkan pelayanan di restoran. "Kan nggak usah berdebat soal kopi di depan pelanggan. Biar lah kita berdebat di dapur sana. Kalau mau lemparan-lemparan, di dapur saja," terang Yuri.

Di sesi diskusi, Kiki mengorek soal pemeriksaan TBC, apakah terganggu setelah mesin tesnya, yakni Tes Cepat Molekuler (TCM) juga dipakai untuk memeriksa virus corona? Yuri menerangkan, saat ini pihaknya memiliki sekitar 950-an mesin TCM di seluruh Indonesia. Jumlah ini memang belum ideal. Targetnya, tahun 2021, mesin tes ini akan ditambah menjadi 2.700-an. 

Untuk saat ini, jumlah tadi tidak kurang. Sebab, sejak corona merebak, masyarakat ragu datang ke rumah sakit atau Puskesmas melakukan pengetesan. Tidak cuma untuk pasien TBC, tapi juga penyakit lainnya. Bahkan, juga terdampak pada menurunnya imunisasi, posyandu, hingga kontrol kehamilan. 

Baca juga : Kejuaraan Dunia Junior, Indah Ingin Husnul Khatimah

Ratna ikut bertanya. Dia menyoroti naiknya angka kesembuhan. "Apa karena penanganan Covid-19 sudah semakin bagus?" tanyanya. Yuri menjawab, meningkatnya angka kesembuhan tidak terlepas dari pergeseran gambaran klinis dari Covid-19. Sekarang, 80 persen kasus konfirmasi positif tidak menunjukkan gejala. Tidak sakit alias asimtomatik. Ini bisa dikarenakan oleh antibodi yang kuat. Contohnya, kasus Covid-19 di Secapa AD. "Seminggu kemudian diperiksa, ya sembuh semua," ujarnya.

Di akhir diskusi, Yuri membagikan resep hidup sehatnya. Ia mengaku tidak pernah olahraga. "Tapi saya terus bergerak," kata dia. Ia enggan menggunakan diksi olahraga, karena dinilai agak memberatkan. Seakan-akan harus menjadi olahragawan. 

"Olahraga nanti pasti buntutnya panjang, waktunya kapan, tempatnya di mana, temannya siapa, jerseynya apa? Ribet. Pak sepeda saya jelek, nggak usah sepeda. Jalan saja, larilah, pokoknya bergerak," ujarnya.

Baca juga : Coppa Italia Dimulai 17 Juni, Seri A Pada 20 Juni

Ia mengaku punya target 6.000 langkah sehari, supaya hidup sehat. Untuk menyiasatinya di tengah kesibukan, setiap berangkat dan pulang kantor, Yuri turun dengan jarak 3 halte dari kantornya. "Jadi bergerak aja deh," pesannya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.