Dark/Light Mode

100 Dokter Pejuang Covid-19 Gugur

Please, Jangan Mikirin Ego Patuhi Protokol Kesehatan

Kamis, 3 September 2020 06:03 WIB
Pemakaman Jenazah Covid-19. (Antara Foto-Rahmad)
Pemakaman Jenazah Covid-19. (Antara Foto-Rahmad)

RM.id  Rakyat Merdeka - Korban meninggal akibat Covid-19 terus berjatuhan. Di antara korban itu, 100 orang adalah dokter yang menangani pasien Covid-19.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melalui akun Twitternya @HaedarNs menyampaikan dukanya atas meninggalnya 100 dokter. Kata dia, Indonesia berduka karena telah kehilangan 100 dokter tercinta.

Dia juga meminta negara harus lebih peduli terhadap dokter pejuang Covid-19. “Satu per satu para pejuang kemanusiaan itu menghadap Ilahi Rabbi di tengah sunyi.

Sementara ingar-bingar warga yang menikmati kebiasaan baru nyaris tak terbendung seolah tidak mengindahkan bahaya. Negara dan kita tidak boleh alpa menaruh iba dan cinta pada nasib para pejuang Covid-19 di benteng terakhir serta nasib setiap warga bangsa yang wajib dilindungi,” cuitnya.

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di akunnya @ AgusYudhoyono juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya dr. Daud Ginting & dr. Edwin Marpaung.

Kata dia, mereka adalah dokter ke-99 & ke-100 yg gugur dalam melawan pandemi.

“Ini sekaligus mengurangi akses ribuan masyarakat terhadap layanan kesehatan. Padamkan api pandemi sebelum menghalau asap krisis ekonomi,” katanya.

Baca juga : Genjot Pariwisata, Pengelola Hotel dan Pemda Harus Ketat Terapkan Protokol Kesehatan

“Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Selamat berjuang pahlawan tanpa jasa. Semoga pemerintah bisa lebih mudeng, minimal menkesnya bisa lebih bijak dan please patuhi protokol kesehatan guys, jangan mikirin ego doang. Respect-lah ke sesama,” sambung Hellowmaa.

Losebirds mengaku bingung dengan strategi pemerintah dalam merespons pandemi Covid-19. Kata dia, sudah 100 dokter meninggal, pemerintah justru gencar melakukan strategi pemulihan ekonomi.

Sementara strategi menjinakkan virus tak kunjung ada. “Perilaku masyarakat adalah buah dari miskomunikasi, kebijakan yang plinplan dan tidak tegas dari para pemangku kebijakan,” tukasnya.

“Apa perubahan yang signifikan dari sikap dan action pemerintah menghadapi gugurnya tenaga dokter yang sudah mencapai 100 dokter. Jangam dibikin gampang ya..

“kita buka kran import dokter agar bisa praktek di+62 kan beres”. Itu pemikiran Jahat yang mebihi kejahatannya setan,” tambah BSa2ja.

Dr_koko28 berharap pemerintah punya strategi yang lebih matang untuk mencegah dokter gugur. Dia memention @jokowi, dengan berharap pemerintah punya contingency-plan untuk mencegah kelompok pendidik sekaligus pelayan kesehatan lebih banyak lagi yang tumbang.

“Sistem kita jangan sampai kolaps. Negara kita sudah kehilangan 100 dokter terkait Covid19. Belum kehitung yang sakit & dirumahkan. Sistem kita jangan sampai kolaps,” tuturnya.

Baca juga : Cegah Tertular Covid-19, Pejabat Perumahan Jangan Stress Saat Tugas

“100 dokter meninggal dunia per hari ini.. Semua berduka... Ada juga yang anggap ini statistik..Tapi, kenapa ini terjadi, sebenarnya itu yang terpenting... Ada yang introspeksi... Ada yang saling menyalahkan,” kata IDN_Project.

Davidfong_ mengungkapkan, gugurnya 100 dokter, salah satunya karena kelalaian pemerintah yang menganggap remeh virus corona di awal-awal penyebaran.

“Seharusnya yang menyediakan APD itu pemerintah, masa dokter harus pusing dengan APD juga,” cetusnya. “Buat jadi dokter tuh butuh minimal 7 taun. Dokter spesialis butuh belasan taun.

Sekarang 100 dokter udah gugur, dokter umum dan spesialis. IGD beberapa, ada yang tutup karena nakesnya kurang. Ini horor banget serius,” kata Dimitratendra.

IKhalis mengatakan, dokter yang gugur masih akan bertambah. Dia memprediksi 100 pahlawan yang meninggal tidak akan berhenti. Kata dia, beasiswa mahasiswa kedokteran mutlak perlu untuk meng-cover kekurangan jumlah dokter.

“100 orang dokter pensiun permanent dalam 4 bulan. Setahun bisa 300, dan perlu belasan tahun untuk dapatkan skill mereka lagi,” katanya.

Permata_akik malah menghitung-hitung biaya kuliah untuk menjadi dokter. Kata dia, jika rata-rata untuk menjadi dokter biayanya minimal Rp 50 juta, maka sudah banyak kerugian yang dialami.

Baca juga : Cek Kesiapan Pembukaan Bioskop, Wagub Ariza Pastikan Penerapan Protokol Kesehatan

Belum lagi, kata dia, pengalaman para dokter yang meninggal yang tidak bisa dinominalisasi.

“Belum yang lainnya. Apa pemerintah gak lihat? Bukan ekonomi aja yang kudu disehatin, jiwa raga penggerak dan penjaga kesehatan rakyat sangat perlu dijaga,” tuturnya.

Presiden Jokowi melalui Juru bicara Presiden, Fadjroel Rachman menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya terhadap meninggalnya 100 dokter.

“Presiden memberikan apresiasi setinggitingginya kepada tenaga medis yang bekerja sangat keras dan sangat baik sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, berjibaku tanpa sekat apapun, dengan penuh dedikasi dan profesional,” kata Fadjroel melalui keterangan tertulis, kemarin. [ASI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.