Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Singgung Anies Baca Buku `How Democracies Die`

Ketua KPK Salah Kutip Tahun Terbit, Bekas Jubir KPK Nyindirnya Nyelekit

Rabu, 25 November 2020 06:43 WIB
Ketua KPK Komjen Firli Bahuri (Foto: Tedy O Kroen/RM)
Ketua KPK Komjen Firli Bahuri (Foto: Tedy O Kroen/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dua hari ini, warga dunia maya lagi heboh ngomongin foto Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang mengunggah foto sedang membaca buku "How Democracies Die" alias "Bagaimana Demokrasi Mati" di akun Twitternya, @aniesbaswedan, Minggu (22/11). Di dunia nyata, hal ini juga ramai diperbincangkan. Bahkan, Ketua KPK, Komjen Firli Bahuri juga ikut-ikutan menyorotinya. Sayangnya, Firli malah keseleo lidah, sehingga dia harus merevisi pernyataannya. Dia juga sempat dicolek eks Juru Bicara (Jubir) KPK, Febri Diansyah

Kemarin, Firli menyampaikan pidato di acara serah terima aset negara dari KPK, yang disiarkan secara virtual. Dalam pidatonya itu, Firli menyinggung buku berjudul "How Democracies Die", yang dibaca Anies.

"Kemarin saya lihat, ada di media, Pak Anies membaca ‘How Democracies Die’. Sebelum itu, ada ‘Why Nation Fail’. Itu sudah lama saya baca. Tahun 2002 (saya) sudah baca buku itu. Kalau ada yang baru baca sekarang, (artinya) baru bangun. Makanya banyak yang mengkritisi kan, sudah lama buku itu," kata Firli, sedikit membanggakan diri.

Baca juga : Ketua BPK Laporkan Terdakwa Kasus Jiwasraya Ke Bareskrim

Firli lalu menjelaskan isi buku “Why Nation Fail”. Kata dia, salah satu sebab negara banyak yang gagal adalah korupsi. Korupsi bukan hanya kejahatan yang merugikan warga negara dan perekonomian. 

"Tetapi kejahatan yang merusak seluruh sendi-sendi kehidupan. Seluruh aspek kehidupan bisa berdampak kalau ada korupsi," kata dia.

Pernyataan Firli itu langsung menjadi sorotan warganet. Warganet mempersoalkan waktu Firli membaca buku itu "tahun 2002". Warganet tanya, apakah yang dibaca Firli tahun 2002 itu “How Democracies Die”? Karena, buku karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt itu diterbitkan di Amerika Serikat pada 2018 dan diterbitkan di Tanah Air, setahun kemudian. 

Baca juga : KPK Apresiasi Capaian Sertifikasi Aset PLN di Banten

Apakah yang dibaca Firli itu “Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty”. Buku yang ditulis Daron Acemoglu dan James A Robinson itu terbit pertama kali pada 2012. Di Indonesia, buku tersebut terbit pada 2017. "Jadi, buku mana yang dimaksud Firli?" tanya @Firman78. 

Eks Jubir KPK, Febri Diansyah ikut bicara. "Semoga yang dimaksud bukan buku: 'How KPK Die'," ledek Febri, di akun @febridiansyah.

Febri pun melanjutkan cuitannya, sekaligus menjawab komentar warganet. "Karena kalau 2002, Undang-Undang KPK-nya baru disahkan kan ya," sambungnya.

Baca juga : Ulama - Umara Harus Bersatu

Cuitan Febri ini mendapat banyak respons. Sampai pukul 21.00 WIB, tadi malam, sebanyak 1.432 pengguna memberikan tanda suka. Akun @th_71brave menyarankan, Febri ikut menulis buku. "Judulnya, How KPK is taking down," kicaunya. 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.