Dark/Light Mode

Teroris Latihan Teror VVIP

Presiden, Wapres, Menteri, Apa Perlu Pakai Rompi Anti Peluru?

Sabtu, 19 Desember 2020 07:50 WIB
Kadivhumas Polri Irjen Pol Argo Yuwono (tengah) didampingi Karopenmas Brigjen Pol Rusdi Hartono (kiri) dan Kabagpenum Kombes Pol Ahmad Ramadhan menyampaikan rilis barang bukti teroris, di kantor Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Jumat (18/12/2020). (Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan)
Kadivhumas Polri Irjen Pol Argo Yuwono (tengah) didampingi Karopenmas Brigjen Pol Rusdi Hartono (kiri) dan Kabagpenum Kombes Pol Ahmad Ramadhan menyampaikan rilis barang bukti teroris, di kantor Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Jumat (18/12/2020). (Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kabar sekelompok teroris muda yang dilatih meneror orang super penting alias Very Very Important Person (VVIP), tak bisa dipandang remeh. Apalagi kabar itu diungkapkan Menko Polhukam, Mahfud MD.

Aparat keamanan harus segera mengantisipasinya dengan memperketat pengawalan dan keamanan pejabat negara. Pasalnya, selevel Wiranto yang saat menjadi Menko Polhukam saja, tak lolos dari tikaman saat melakukan kunjungan kerja ke Banten. Agar aman dari teror, apa perlu Presiden, Wapres dan para menteri pakai baju anti peluru saat kunker? 

Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengatakan, untuk mengantisipasi serangan teroris, Presiden, Wapres dan para menteri bisa saja mengenakan rompi anti peluru. Namun, harus melalui kajian dan analisis lengkap terlebih dahulu.

“Menurut saya alat pelindung diri bisa saja diadakan, tapi untuk menjadi SOP (Standard Operating Procedure) tentu harus disertai dengan analisis dan evaluasi situasi kondisi yang lengkap, sehingga SOP-nya tepat,” kata Nuning, kepada Rakyat Merdeka, semalam.

Baca juga : Polda Metro: Kalau Perlu, Kita Rapid Semua...

Ia menerangkan, teroris sebelum melakukan aksinya, diawali dengan melakukan profiling target. Dalam hal target tokoh VVIP, tokoh yang dibidik biasanya adalah bagian dari High Value Target (HVT).

“Mereka menyelidiki medan perang atau lingkungan, evaluasi kemungkinan ancaman dan terakhir menyusun cara menyerang obyeknya,” jelasnya.

Terlepas dari itu, pejabat pemerintah atau pemangku kebijakan diminta untuk tidak banyak memberi komentar yang mengundang kegaduhan. Forecasting atau prakiraan terkait keberadaan peneror boleh-boleh saja. “Tapi hendaknya jangan disampaikan dalam kalimat yang dapat mengurangi ketenteraman,” saran eks Anggota Komisi I DPR itu.

Ia mengimbau, siapapun yang mengenali diri sebagai tokoh penting, baik di pemerintahan, lembaga politik, militer, polisi dan lainnya untuk lebih berhati- hati menjaga diri. Sebab, banyak juga kejadian teror dilakukan oleh orang terdekat dengan berbagai alasan.

Baca juga : Tanpa Masker Dan Bergaya, Melania Trump Pakai Gaun Rp 65 Juta Ke TPS

“Hal ini memang sering menjadi rancu apakah tergolong terorisme atau kriminal biasa. Pihak aparat Gakkum harus piawai memilah,” harapnya. 

Mabes Polri sejauh ini masih melakukan penyelidikan terkait informasi keberadaan teroris muda ini. Korps baju coklat ini juga belum dapat memberikan penjelasan rinci terkait modus operandi ataupun pihak-pihak yang terlibat dalam aksi kelompok teror itu.

“Kami sedang melakukan penyelidikan,” kata Kadiv Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono di Mabes Polri, Jakarta, kemarin.

Dengan perkembangan teknologi saat ini, mendeteksi keberadaan teroris semakin tidak mudah. Argo menerangkan, penyebaran paham terorisme kini lebih banyak dilakukan lewat dunia maya. Begitupun dengan sistem perekrutannya. “Tentunya dengan berbagai cara, modus,” terangnya.

Baca juga : Inilah Daftar 9 Presiden AS Satu Periode, Trump Bakal Jadi No. 10?

Ia menyebutkan, pergerakan teroris muda itu kini tengah diselidiki oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. “Masih bagian dari penyelidikan Densus 88, berkaitan dengan informasi bahwa ada beberapa pemuda yang direkrut,” ungkapnya.

Pengamat terorisme, Al Chaidar menduga teroris muda yang tengah menyasar pejabat itu adalah bagian dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi. Sebab, kelompok ini sebelumnya juga pernah membuat pelatihan paramiliter gerilya kota dengan target pejabat.

Kelompok ini diyakini juga punya irisan dengan penikam eks Menko Polhukam Wiranto. Mereka disebut berafiliasi dengan ISIS. “Iya. Kelompok Abu Rara,” kata Al Chaidar, dalam obrolan dengan Rakyat Merdeka, belum lama ini.

Pihak istana, baik presiden maupun wapres, belum mengonfirmasi apakah akan ada penebalan keamanan, hingga penggunaan rompi anti peluru pasca informasi teroris muda tersebut. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.