Dark/Light Mode

Soal Data 2 Juta Corona

Luhut Dilurusin Jubir

Minggu, 7 Februari 2021 07:35 WIB
Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan (Foto: Kemenko Marves)
Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan (Foto: Kemenko Marves)

 Sebelumnya 
Karenanya, Dicky menyarankan agar Pemerintah mengevaluasi strategi 3T (testing, tracing, dan treatment). "Kita melakukan tes pada kelompok yang salah dan bisa saja dilakukan berkali-kali. Datanya tidak konsisten antara indikator awal dan akhir," pungkasnya. 

Apakah benar telah terjadi kerancuan data kasus pasien Corona? Jodi Mahardi menerangkan, 2 juta data yang dimaksud Luhut bukanlah data kasus positif Corona 19 yang ditutupi. Namun, kasus negatif yang belum terlaporkan. Ditambah lagi laboratorium cenderung lebih dulu melaporkan hasil positif agar bisa segera ditindaklanjuti. "Karena jumlah tes yang besar dan tenaga entry terbatas," ungkap Jodi, dalam keterangan resminya, kepada wartawan, kemarin.

Baca juga : Cari Cara Lawan Corona, Luhut Diskusi Dengan Sejumlah Epidemiolog

Menurut Jodi, banyak pihak salah tangkap atas maksud pernyataan Luhut. Banyak yang menganggap, 2 juta itu kasus positif. Padahal, 2 juta itu adalah kasus negatif. Saat angka 2 juta itu dimasukkan, positivity rate mengalami penurunan. "Karena memang banyak data kasus negatif yang tertunda untuk dilaporkan sebelumnya," terangnya. 

Memang, integrasi data masih jadi pekerjaan berat Pemerintah. Untuk itu, Luhut selalu mendorong perwujudan big data dari berbagai sistem kesehatan. "Seperti rekam medis elektronik, BPJS Kesehatan, hingga vaksin dalam penanganan Covid-19," akunya. 

Baca juga : Malaysia Beli 6,4 Juta Dosis Vaksin Sputnik V

Penyampaian Jodi justru dijadikan cibiran warganet. "Jadi intinya Pemerintah mau bilang, penumpukan data 2 juta adalah kesalahan lab pengetesan. Tapi, pada saat yang bersamaan, kesalahan itu “menguntungkan” Pemerintah buat menurunkan positive rate yang menjulang tinggi," ucap akun @sociotalker. 

Sedangkan akun @subhan_mars menyindir peran Jodi hanya sebagai tukang meluruskan pernyataan bosnya. "Jodi emang spesialis tukang ngelurusin," ucapnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.