Dark/Light Mode

Delusi Kota

Kamis, 25 Februari 2021 15:46 WIB
Dr. Tantan Hermansah, pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Anggota Komisi Infokom MUI Pusat
Dr. Tantan Hermansah, pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Anggota Komisi Infokom MUI Pusat

 Sebelumnya 
Celakanya, delusi ini kemudian di-maintain sedemikian rupa sehingga seperti menjadi seperti narasi publik.

Implikasinya, kebenaran hakikat terselimuti kebenaran publik yang mengandalkan kehadiran kuantitas ketimbang kualitas. Warga kota kemudian disibukkan perang wacana, tanpa mengetahui ragam peristiwa di baliknya. Bahkan jika terus-terusan seperti itu, publik silap bahwa keuangan negara untuk rakyat sedang dijebol oleh maling-maling berdasi.

Di aras lain, delusi sosial ini kemudian berpotensi mengaburkan juga proses mencari, menelisik, dan menemukan kebenaran kehidupan yang nyata. Karena lagi-lagi, publik diyakinkan pada bagaimana sebuah wacana berbasi “dengungan” bukan pada nilai hakikinya sendiri.

Baca juga : Menunggu Aksi Kapolri Baru

Pada setiap peristiwa, pemilik kekuasaan kemudian sibuk mempoles keputusannya dengan publisitas yang menyebunyikan sebagian kebenarannya. Selebrasi di ragam waktu dan tempat, dialihfungsikan menjadi semacam ruang publik yang direkayasa sebagai penerimaan atas kerja selama ini.

Memperbaiki Narasi Publik

Jika banyak kota yang terjebak pada delusi sosial untuk melegitimasi bagaimana kepemimpinannya, kemajuannya, dan proses strukturasi kesejahteraan warganya, maka sudah bisa ditebak, bahwa semua narasi itu hanya kesemuan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya kritis agar delusi ini tidak semakin mengkristal dan menjadi dasar pembenaran.

Baca juga : Bali Jadi Kota Mati

Contoh, setiap peristiwa banjir, publik perlu diberikan penjelasan yang mengedepankan aspek data dan fakta, bukan sekedar silat lidah. Kesamaan narasi untuk satu peristiwa yang mirip perlu dilakukan secara bersama-sama, sehingga menghasilkan gumpalan kesadaran.

Perbaikan narasi publik yang sudah sampai ke tahap delusi tentu lebih berat ketimbang yang baru mulai terpapar. Namun apapun itu, ketimbang semuanya “macet” karena delusi sosial, tentu harus diupayakan. Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi delusi sosial masyarakat kota adalah memperbaiki narasi publik. Publik diberikan penjelasan yang berbasis akal sehat. Sehingga kehidupan kembali menunjukkan sisi terangnya.

[Tantan Hermansah adalah Doktor Bidang Sosiologi Universitas Indonesia (UI), Pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Anggota Komisi Infokom MUI Pusat]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.