Dark/Light Mode

Banjir Dan Longsor Di NTT Disebabkan Aktivitas Perusakan Lingkungan

Selasa, 6 April 2021 18:44 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menganggap bencana hidrometeorologis, seperti banjir dan tanah longsor yang terjadi sejumlah kota/kabupaten di NTT beberapa waktu lalu, merupakan dampak dari aktivitas perusakan lingkungan.

Direktur Eksekutif Walhi NTT, Umbu Wulang T Paranggi mengatakan, Provinsi NTT memang rawan bencana alam akibat badai dan curah hujan tinggi. Di saat bersamaan, terdapat banyak kerusakan lingkungan yang mempengaruhi daya tampung air.

Kerusakan lingkungan yang dimaksud antara lain, alih fungsi lahan dengan pembakaran. Seperti yang dilakukan di Sumba untuk perkebunan tebu, aktivitas pertambangan, dan pembalakan liar pohon sonokeling.

“Di daerah Malaka, masih ada penambangan dan illegal logging yang beberapa tahun ini kami advokasi. Wilayah tersebut merupakan lalu lintas sungai besar yang membludak menjadi banjir saat ini," ujar Umbu Wulang dalam siaran persnya.

Baca juga : Di Depan Anies, Wakil Ketua KPK Beberkan Indikator Tata Kelola Pemerintahan DKI Turun

Lalu, ada alih fungsi lahan di kawasan hulu Sumba Timur untuk kepentingan investasi pabrik gula. 

Menurut Umbu Wulang, lahan hutan ditebang dan diubah menjadi perkebunan tebu. Belakangan itu menyebabkan banjir besar di Sumba Timur.

Sementara di wilayah Adonara yang merupakan sebuah pulau di NTT, terdapat aktivitas pembalakan liar di wilayah Gunung Boleng. 

Banjir bandang yang melanda Adonara baru kali ini terjadi. Sebelumnya, pulau tersebut tidak masuk dalam peta rawan bencana.

Baca juga : Tangani Banjir Bandang NTT, BNPB Kerahkan Helikopter

“Kalau daya tampung tidak baik, otomatis air meluber ke mana-mana," tuturnya.

Walhi menyatakan, kerusakan lingkungan yang terjadi di NTT juga disebabkan pelaksanaan pembangunan yang tidak menyertakan perlindungan ekologis dan daya dukung lingkungan.

Hal ini merupakan pekerjaan rumah pemerintah daerah. Terlebih saat ini NTT didatangi banyak investor.

“Kalau menerima investor tanpa memperhatikan daya dukung dan daya tampung, kemungkinan besar potensi bencana akan terus meningkat," kata Umbu Wulang.

Baca juga : Banjir Dan Longsor Di NTT, Ketum Gempari : Yuk Bantu Korban Bencana Alam

Pihaknya mencatat, setiap tahun ada saja bencana alam di NTT. Namun, Pemda tidak dapat melakukan pencegahan. 

Walhi pun mendesak agar pemerintah pusat memberikan bantuan pencegahan, sehingga bencana alam tidak lagi menimbulkan korban jiwa. [OSP]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.