Dark/Light Mode

Tenggelam Bukan Meledak, Ada Retakan Di Peluncur Torpedo, Air Sudah Masuk Ke Kapal Selam, Ditemukan Alas Tempat Shalat, Tumpahan Oli, Minyak, Pelumas

Nanggala Tabah Sampai Akhir

Minggu, 25 April 2021 07:51 WIB
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono menunjukkan temuan barang dan serpihan yang diyakini merupakan bagian dari KRI Nanggala 402, saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Bali, Sabtu (24/4/2021). (Foto: ANTARA/Fikri Yusuf)
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono menunjukkan temuan barang dan serpihan yang diyakini merupakan bagian dari KRI Nanggala 402, saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Bali, Sabtu (24/4/2021). (Foto: ANTARA/Fikri Yusuf)

 Sebelumnya 
Sementara untuk pengangkatan Nanggala yang terdeteksi di kedalaman 850 meter, Yudo belum bisa memastikan. Kata dia, di kedalaman itu tingkat kesulitan resikonya cukup tinggi. Namun, ia memastikan tim masih akan terus melakukan evakuasi.

Apakah Nanggala meledak? Yudo menyatakan, Nanggala tidak meledak. Penegasan itu disampaikan untuk membantah berbagai spekulasi yang menyebut Nanggala meledak karena kena torpedo. Kata dia, kalau terjadi ledakan, Nanggala pasti hancur. Suara ledakan pun pasti akan terdengar oleh sonar.

Dia menduga, Nanggala mengalami keretakan cukup besar di bagian peluncur torpedo hingga air masuk dan akhirnya jatuh. Karena retakan itu, barang-barang di kapal selam keluar dan muncul di permukaan.

Baca juga : “Maafin Mama, Nggak Bantu Azka Ngunci Papa Di Kamar”

Hadi Tjahjanto ikut menyampaikan keprihatinan mendalam atas kejadian ini. Dia kembali meminta doa masyarakat agar penyelamatan para prajurit yang menjadi awak Nanggala dapat ditemukan.

Sementara itu, di jagat maya berkumandang semboyan “Wira Ananta Rudira” yang berarti “Tabah Sampai Akhir”. Semboyan ini merupakan semboyan KRI Nanggala yang dicetuskan pada 1961 oleh Laksma TNI (Purn) RP Poernomo, salah satu komandan kapal selam RI pertama Indonesia.

Menurut Poernomo, seperti ditulis dalam buku “50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959-2009”, berani saja tidak cukup, ulet saja tidak cukup, sabar saja tidak cukup, tekun saja tidak cukup, tenang saja pun tidak cukup. Semua sifat-sifat tadi, oleh Poernomo disatukan ke dalam satu kata: tabah. ‘.

Baca juga : 12 WN India Positif Covid Jalani Isolasi Di Hotel Hariston

Orang yang tabah tidak akan takut, karena ia berani. Orang yang tabah tidak akan menyerah, karena ia ulet. Orang yang tabah tidak terburu-buru, karena ia sabar. Orang yang tabah tidak akan kehilangan akal, karena ia tenang. Orang yang tabah tidak akan mundur, karena ia teguh.

Tabah atau ketabahan mencakup semua sifat-sifat yang diperlukan untuk menjadi awak kapal selam yang baik.

Namun tabah saja tidak cukup jika hanya muncul pada permulaan atau pertengahan saja. Tabah tidak cukup bila muncul hanya sejenak sebelum tugas selesai.

Baca juga : Yuk, Indonesia Tetap Waspada Dan Tak Jumawa

Karena itu tabah harus sampai akhir. Inilah semboyan yang kemudian dipilih oleh panitia untuk dijadikan moto bagi korps kapal selam. Sejak 16 Maret 1961 hingga kini, moto tersebut masih dipertahankan.

Warganet melambungkan semboyan ini sambil menyisipkan doa agar awak KRI Nanggala selamat. “Terima kasih, KRI Nanggala. Beristirahatlah dengan tenang di pelukan semesta,” kicau @gnfi. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.