Dark/Light Mode

Soal Kasus Kematian Terkait AstraZeneca, Ini Penjelasan Komnas KIPI

Kamis, 20 Mei 2021 22:38 WIB
Ketua Komnas KIPI Prof. Hindra Irawan Satari (Foto: YouTube)
Ketua Komnas KIPI Prof. Hindra Irawan Satari (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Komnas KIPI Prof. Hindra Irawan Satari menjelaskan 3 kasus kematian, yang diduga terkait vaksin Covid AstraZeneca, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi IX DPR, yang disiarkan via kanal YouTube, Kamis (20/5).

Pertama, kasus yang melibatkan Trio Fauqi Virdaus, pemuda berusia 22 tahun yang tinggal di Buaran, Jakarta Timur.

"Saya ke rumahnya, ketemu sama ibunya. Anak itu pergi berdua temannya, untuk berangkat vaksinasi ke Gelora Bung Karno. Dia kerja di Pegadaian Cibubur. Setelah imunisasi, dia langsung ke kantor dan mengeluh tak enak badan. Lalu,dia telepon bosnya, dan dibolehkan pulang. Sampai rumah pukul 15.30 WIB,"ungkap Hindra.

Baca juga : Komnas KIPI: 27 Kasus Kematian Pasca Vaksinasi Sinovac Tak Terkait Imunisasi

Sang ibu kemudian menawarkan obat paracetamol. Namun, yang bersangkutan menolak, karena takut habis divaksin. Mau minta antar ke dokter oleh kakak perempuannya, tapi tidak sempat. Jadi, Trio tetap di rumah.

Pukul 23.30, dia demam hingga 39 derajat Celcius. Namun, tidak dibawa ke rumah sakit.

"Kawannya ini sebetulnya merasakan gejala juga. Tapi, lebih ringan. Kawannya memilih berbuka puasa, dia tetap puasa. Buka puasa cuma minum aja. Pukul 00.00 WIB, panasnya tambah tinggi. Tapi, tetap nggak dibawa ke rumah sakit. Paginya mau dibawa ke klinik, tapi kliniknya tutup," papar Hindra.

Baca juga : Jabar Masih Ranking 1, Riau Dan Sumbar Masih Mangkal di 5 Besar

"Dia minta dipijat, lalu terlihat kejang. Tapi sepertinya, itu tarikan napas terakhir. Kemudian, dia dibawa naik motor, di tengah. Dibawa ke tempat yang tulisannya RSIA, tapi menurut kami itu klinik. Kondisinya sudah meninggal. Dokter yang melihat, menyatakan death on arrival atau meninggal dunia dalam perjalanan," imbuhnya.

Dengan latar belakang seperti ini, Hindra mengaku sulit menentukan penyebab kematiannya. Sulit untuk menyatakan peristiwa tersebut terkait imunisasi, tapi sulit juga menyatakan tidak terkait. Karena menurut Hindra, kunci efek samping AstraZeneca itu ada di blood clotting (pembekuan darah, Red).

"Blood clotting umumnya terjadi di susunan saraf pusat, perut, paru-paru, dan tungkai. Tapi anak ini nggak sesak, nggak sakit perut. Jadi, kemungkinan blood clotting-nya ada di otak. Namun, jika mengacu pada rujukan kejadian di Inggris atau Eropa, efek samping biasanya terjadi setelah 3 hari. Rata-rata 14 hari. Jadi, nggak cocok," terangnya.

Baca juga : KKP Pastikan Tak Ada Izin Penangkapan Ikan Untuk Kapal Asing

Dengan alasan tersebut, Komnas KIPI menyarankan untuk otopsi. "Proses otopsi juga tidak semudah yang kita bayangkan. Paperwork-nya banyak. Harus ada izin orangtua, Dinas Pemakaman, dan Pemda. Juga harus ada testing, pemeriksaan lab. Itu perlu persiapan. Mudah-mudahan, dalam 1-2 hari ini sudah bisa dilaksanakan," tutur Hindra.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.