Dark/Light Mode

Netizen Tanya BPN (Badan Pemenangan Nasional) Prabowo

Katanya Menang, Kok Malah Minta C1 Plano Ke Bawaslu

Sabtu, 27 April 2019 09:41 WIB
Badan pengawas pemilu. (Foto : Istimewa).
Badan pengawas pemilu. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno selalu mengklaim kemenangan berdasarkan formulir C1 plano. Namun, kini klaim itu mulai diragukan banyak pihak, termasuk warganet.

Yang membuat banyak pihak ragu adalah sikap BPN yang meminta formulir C1 ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Padahal, formulir C1 bisa didapatkan dari para saksi di setiap TPS. Informasi BPNminta C1 diungkapkan Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto.

“Saya dapat informasi kalau BPNsedang melobi Bawaslu untuk dapatkan dokumen C1,” ungkap Hasto dalam keterangan tertulisnya, Kamis, (25/3).

Pernyataan Hasto terkonfirmasi dengan pengakuan Komisioner Bawaslu, Mochammad Afifuddin. Kata Afif, BPN Prabowo–Sandiaga telah mengajukan permintaan untuk mendapatkan dokumen C1. “(Mereka) bersurat resmi,” ujarnya.

Afif mengaku sudah memberikan ke BPN. Kata dia, siapa pun berhak meminta salinan formulir C1. “Itu dokumen umum, siapa pun boleh memfoto di TPS. Keputusan Bawaslu siapa pun yang minta akan kita beri yang sifatnya C1 plano. KPU (Komisi Pemilihan Umum) pun punya,” katanya lagi.

Baca juga : Narasi Indonesia Maju, Kokoh Dalam Pijakan Historis

Komisioner KPU, Pramono Ubaid Tanthowi mengatakan, permintaan C1 terlambat. Seharusnya saksi paslon sudah mendapatkannya saat di TPS.

“Kalau sekarang baru minta (dokumen C1) itu sebenarnya agak terlambat. C1 harusnya didapatkan ketika hari pemungutan suara itu kan (dokumen) C1 oleh KPPS dibagikan ke KPU sendiri satu, ke pengawas Pemilu satu,” bebernya.

Sikap BPNyang meminta C1 ke Bawaslu menjadi bulan-bulanan warganet. Netizen ramai-ramai menyindir klaim kemenangan yang digembar gemborkan BPN, tetapi data C1 planonya saja masih minta.

“Ini yang lucu, kemarin klaim menang hasil hitung real count, berdasarkan C1 seluruh Indonesia itu gimana ya. Padahal klaim mereka susah ngitung real count berdasarkan C1 kok sekarang malah minta C1....#02 mohon penceragan jangan sampai klaim tanpa dasar, ingat dosa lo,” kata Siswanto Sayin.

“Bingung deh, katanya sudah hitung real count dan menang 62 persen??!!!! Kok ini masih mau minta C1 untuk hitung??? Jadi data yang kemarin bilang menang 62 persen dari mana?” sambung Primadona Stones.

Baca juga : Memilukan, Korban Pilpres Mirip Korban Bencana Alam

Pratama2 ikut menyambar. “Data C1 yang dipakai dasar deklarasi kemenangan 62 persen ke mana,” ujarnya.

Wongsolho juga mempertanyakan, “Bukannya BPNsudah selesai menghitung, kenapa baru sekarang minta C1. Jadi selama ini data yang dientri diambil dari mana?”

Sindiran masih berlanjut. Kata Arie Dharmawan, “Katanya punya data C1 banyak di seluruh TPS buat kawal hasil akhir... Sekarang kok malah minta Bawaslu? Apa datanya 02 hilang digondol genderwo?”

Jayengrana lebih pedas lagi. Klaim kemenangan hanya membohongi rakyat. “C1 baru minta kok bilangnya RC internal sudah beres, mereka menggunakan data apa untuk RC? Ketahuan banget mereka membohongi rakyat selama ini,” tudingnya disambar Manamama. “Yang 62 persen itu C1 nya dari mana?? Sekarang kok minta sama Bawaslu.”

Lanjut, Nathalie Wong menuding data C1 yang dikumpulkan saksi2l-saksi buat hitung real count mereka ternyata fiksi. “Bukan beneran wkwkwkwk. Buka-bukaan sendiri dech akhirnya,” tulis dia.

Baca juga : Banjir, Ujian Terberat Anies Baswedan

“Lha katanya ada saksi di setiap TPS, ini koq minta C1 yang harusnya udah ada disaksinya. Kalau gak punya C1 gimana bisa bilang menang 62 persen lalu bisa jadi 80 persen. Dapet data dari mana? Pantes ghoib lokasi servernya.. Hahahaha,” kata Bambang Christianto.

Raden Gusti justru membela BPN Prabowo-Sandi. Menurut dia, permintaan formulir C1 bukan untuk menghitung perolehan suara, tetapi sebagai pembanding dengan data yang didapatkan BPN. Apalagi, saat ini banyak data C1 yang dibakar dan dihilangkan oleh petugas.

“Susah amat ngasih gitu aja, lagian data C1 itu kan bukan rahasia negara.. Siapapun boleh minta salinannya.. Gitu aja susah amat. Emang mau ngumpetin kecurangan.?” tandasnya. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.