Dark/Light Mode

Yang Kena Corona Dan Wafat Rekor Lagi

Yang Sembuh Banyak Juga Lho...

Jumat, 2 Juli 2021 07:40 WIB
Pemakaman korban Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara. (Foto: Putu Wahyu Rama/RM)
Pemakaman korban Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara. (Foto: Putu Wahyu Rama/RM)

 Sebelumnya 
Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman menjelaskan, lonjakan kasus saat ini merupakan buah dari kelakuan masyarakat dua pekan lalu. Artinya, PPKM Darurat baru bisa dirasakan hasilnya dua pekan setelah direalisasikan. Sehingga, tren kenaikan kasus masih akan berlanjut hingga seminggu ke depan.

Dicky memprediksi, puncak penularan akan terjadi pada akhir Juli. Namun, untuk mencegah hal itu, Pemerintah dan masyarakat harus benar-benar melakukan pencegahan. Jika PPKM Darurat dirasa tidak efektif, Pemerintah harus berani mengevaluasi.

“Nggak usah nunggu sampai dua minggu. Apalagi sampai kolapsnya layanan kesehatan,” sarannya.

Baca juga : Bank Dunia Sarankan Strukur Tarif Cukai Tembakau Disederhanakan

Soal kesembuhan, Dicky memastikan, belum ada obat anti Corona. Saat ini, obat yang ada sebatas untuk mendukung perawatan. Sebab itu, ia meminta jangan terlalu senang dengan angka kesembuhan yang meningkat. Karena seharusnya, yang digalakkan adalah pencegahan.

“Dalam pandemi adalah pencegahan. Tidak diutamakan angka pemulihannya. Kalau mencegah, ya nggak akan ada yang terinfeksi. Kalau pemulihan, terkesan membiarkan terinfeksi. Dalam strategi kesehatan, yang diutamakan adalah mencegah lebih baik daripada terinfeksi Covid-19,” terang Dicky.

Sementara, eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mempertanyakan penyebab lonjakan kasus kematian akibat Corona. Dia heran, karena sejauh ini vaksinasi terus berjalan. Apalagi, pemerintah menyatakan vaksinasi bisa mengurangi gejala jika seseorang terinfeksi Corona. Namun, vaksin tidak mencegah seseorang tertular.

Baca juga : Hampir Sebulan Kena Corona, Bupati Tegal Sembuh, Gantian Wakilnya Yang Positif

“Sebelum vaksinasi dimulai, itu morbiditas (kasus positif) dan mortalitas (kematian) berapa? Setelah vaksinasi dimulai sampai kira-kira 10 juta orang divaksin, morbiditas dan mortalitas seperti apa. Lho kok malah meningkat?” heran Siti.

Dia menyatakan, Pemerintah seharusnya tidak menggunakan perkiraan sebagai landasan pengambilan kebijakan dalam penanganan pandemi. Seluruh kebijakan yang diambil harus melalui proses penelitian ilmiah, termasuk soal lonjakan kasus yang terjadi saat ini.

“Jangan kira-kira rakyat tidak disiplin, kira-kira pada keluyuran. Jangan kira-kira. Kita harus cari betul, kematian sebelum divaksin dan kematian setelah vaksinasi berjalan,” katanya. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.