Dark/Light Mode

Sehari, Corona Renggut 1.000 Nyawa

Mode Krisis: On, Mode Panik: Off

Kamis, 8 Juli 2021 08:00 WIB
Tangkapan layar video sejumlah ambulans antre saat mengantar jenazah Corona di TPU Rorotan, Jakarta, Rabu (7/7/2021) . (Foto: IG @alivikry)
Tangkapan layar video sejumlah ambulans antre saat mengantar jenazah Corona di TPU Rorotan, Jakarta, Rabu (7/7/2021) . (Foto: IG @alivikry)

RM.id  Rakyat Merdeka - Amukan Corona di sini semakin menyeramkan. Kasus aktif harian terus naik puluhan ribu dan mencatatkan rekor baru. Begitu juga dengan angka kematian. Dalam sehari, 1.000 nyawa melayang direnggut Corona. Meskipun kondisinya makin genting, masyarakat diminta tenang. Silakan nyalakan mode krisis, tapi matikan mode panik.

Berbagai cara sudah dilakukan pemerintah untuk menekan laju penyebaran Corona. Salah satunya, dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa dan Bali sejak tanggal 3 hingga 20 Juli mendatang. Namun, bukannya melemah, Corona terlihat malah makin perkasa.

Baca juga : Ngeri, Covid Renggut Nyawa 3 Warga DKI Setiap 1 Jam

Berdasarkan data yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19, kemarin, kasus aktif harian kembali mencetak rekor tertingginya. Ada 34. 373 kasus positif di tingkat nasional. Sehingga, total kasus Corona mencapai 2.379.397.

Sama seperti kasus aktif, angka kematian akibat Corona juga terus nanjak. Kemarin, dalam sehari, kasus orang meninggal karena terinveksi virus asal Wuhan, China itu, mencapai 1.040. Sehingga, total orang Indonesia yang tewas karena terinveksi Corona mencapai 62.908 orang.

Baca juga : Perangi Corona, Inggris Mau Sumbang 100 Juta Dosis Vaksin

Makin banyaknya rakyat yang terpapar Corona membuat kepanikan di masyarakat. Apalagi, mereka yang sudah dinyatakan positif dan perlu mendapat penanganan, tidak berhasil mendapatkan rumah sakit rujukan. Keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) sudah di atas kritis. Pasien harus menunggu antrean untuk bisa dirawat di rumah sakit.

Banyaknya pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah, membuat kebutuhan oksigen meningkat drastis. Akibatnya, hampir di semua wilayah, terjadinya kelangkaan oksigen. Warga harus berjuang keras dan antre hingga berjam-jam demi mendapatkan tabung oksigen dengan harga yang mahal.

Baca juga : Risma Latih 1.000 Nelayan Menjadi Sahabat Tagana

Tak hanya oksigen, kebutuhan obat-obatan dan vitamin juga naik tajam. Di sejumlah tempat, apotek selalu rame oleh warga yang ingin beli obat-obatan dan vitamin.

Faheem Younus, dokter asal University of Maryland Amerika Serikat (AS) ikut prihatin dengan kepanikan yang terjadi di Indonesia. Lewat akun Twitter miliknya, @FaheemYounus, dokter spesialis penyakit dalam dan menular ini coba menenangkan rakyat Indonesia. “Indonesia sekarang dalam ‘mode krisis’. Harap hindari ‘mode panik’. Tetap tenang dan dengarkan para ahli. Anda dapat meratakan gelombang ini dalam 3-6 minggu,” ucapnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.