Dark/Light Mode

Lahir dan Tumbuh dari Pengaruh Islam Modernis

In Memoriam Malik Ahmad, Wakil Ketua PP Muhammadiyah 1967-1985

Sabtu, 31 Juli 2021 16:26 WIB
Malik Ahmad sedang memberikan kuliah tauhid pada Muktamar Muhammadiyah ke-39 pada 1971. [Foto: Suara Muhammadiyah 1971]
Malik Ahmad sedang memberikan kuliah tauhid pada Muktamar Muhammadiyah ke-39 pada 1971. [Foto: Suara Muhammadiyah 1971]

 Sebelumnya 
Selain aktif berdakwah, Haji Ahmad mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam berbasis modern di Sumanik, diberi nama Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah yang didirikannya telah mengadopsi sistem klasikal seperti yang diterapkan oleh Sumatera Thawalib, Diniyah Putra, Adabiyah School, dan Madras School.

Sebagai seorang ulama, kedudukan Haji Ahmad dihormati di Sumanik. Jika kita tengok dalam episode sejarah pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ulama merupakan rujukan untuk tempat bertanya, bahkan keahlian ini diturunkan dari seorang ayah kepada anak laki-lakinya.

Tidak hanya menjalankan aktivitasnya sebagai pendidik dan pendakwah, Haji Ahmad juga aktif di Sarekat Islam Cabang Tanah Datar. Namun aktivitas dan keterlibatannya lebih jauh dalam Serikat Islam, belum diketahui lebih lanjut.

Baca juga : Hoaks Di Medsos Hambat Kerja Kolosal Tangani Pandemi

Dari pernikahannya dengan Siti Aisyah, Haji Ahmad dikaruniai empat orang anak, yakni Malik Ahmad, Samsuddin Ahmad, Siti Nursyam Ahmad, dan Hasan Ahmad. Sebagai tokoh pembaru Islam, Haji Ahmad menurunkan sikap mujadid kepada anak-anaknya (Hasan Ahmad: t.t).

Jenjang pendidikan Malik Ahmad dimulai dari Volkshool Sungai Tarab. Pagi harinya, Malik Ahmad berjalan kaki ke sekolah, sore harinya mendalami ilmu agama di Madrasah Diniyah yang didirikan ayahnya.

Sebagaimana kebiasaan lelaki di Minangkabau, pada malam hari Malik Ahmad tidur di Surau Pandar Gadang.

Baca juga : KSAU Bentuk Satuan Khusus Operasi Pencarian

Setelah menamatkan sekolahnya tahun 1924, atas dorongan Haji Ahmad, Malik Ahmaf pun melanjutkan studinya di Sumatra Thawalib Parabek yang dibina Syekh Ibrahim Musa. Proses merantaunya untuk melanjutkan studi ke Parabek, mencerminkan kesadarannya bahwa kehidupan rantau lebih baik dibandingkan di Sumanik. Di samping sekolah lanjutan khusus untuk kajian Fikih, hanya ada di Parabek.

Setahun kemudian (1925) atas keinginannya, Malik Ahmad memutuskan pindah ke Thawalib Padang Panjang dan duduk di kelas 6A. Pindahnya Malik Ahmad ke Thawalib Padang Panjang, dipengaruhi dinamika perguruan itu, di samping keinginan kuatnya menjadi seorang mufasir

Di Thawalib Padang Panjang, Malik Ahmad berguru pada Haji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul), engku mudo Abdul Hamid Hakim, dan lainnya.

Baca juga : Pemkab Sragen Jemput Vino Ke Kutai Barat

Malik Ahmad melanjutkan pendidikan ke Thawalib, saat sekolah rintisan Haji Rasul itu disusupi kekuatan Kuminih yang digawangi oleh Djamaluddin Tamim dan Arif Fadhilah. Keduanya, melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh guru agama Thawalib, yakni Haji Ahmad Chatib gelar Datuk Batuah dan Natar Zainuddin –seorang blasteran India-Padang yang pernah aktif di VSTP (Sufyan, 2017).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.