Dark/Light Mode

Optimalkan Potensi Mangrove Untuk Tekan Emisi GRK

Selasa, 12 Oktober 2021 08:45 WIB
Wamen LHK Alue Dohong (kedua kiri) dan Kepalar BRGM Hartono (kiri) dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Senin (11/10/2021). (Foto: ANTARA).
Wamen LHK Alue Dohong (kedua kiri) dan Kepalar BRGM Hartono (kiri) dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Senin (11/10/2021). (Foto: ANTARA).

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia terus mengoptimalkan potensi karbon yang berada di ekosistem mangrove. Ini dilakukan untuk mencapai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang ter­tuang di Nationally Determined Contribution (NDC).

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan, serapan karbon dari ekosistem mangrove menjadi hal yang sangat penting dalam rangka pencapaian NDC Indonesia.

“NDC sudah menjadi komit­men setiap negara terhadap pe­rubahan iklim yang tertuang di Persetujuan Paris,” kata Alue dalam konferensi pers virtual di Jakarta, kemarin.

Hadir dalam acara terse­but, Kepala Badan Restora­si Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono, Plt Dirjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Kementerian LHK Helmi Basalamah, Deputi Perencanaan dan Evaluasi BRGM Satyawan Pudyatmoko serta Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai Ditjen PDASRH Kementerian LHK Saparis Soedarjanto.

Baca juga : Ganjar Tak Terpancing

Alue menjelaskan, saat ini blue carbon atau karbon biru, belum masuk dalam perhitungan NDC Indonesia. Namun ke depannya, karbon biru bakal masuk perhitungan. Dengan begitu, sudah saatnya dilaku­kan pengintegrasian untuk emisi dan serapannya.

Alue menyebut, secara teknis juga akan dilakukan pembaruan data luas tutupan mangrove. Ini untuk mengetahui tingkatan tutupan vegetasi ekosistem mangrove di Indonesia.

Selain itu, akan dilakukan juga inventarisasi karbon. Baik yang berada di atas permukaan dan di bawah tanah. Dan yang terdapat di unsur tanah eko­sistem mangrove itu sendiri.

“Kami akan inventarisir da­lam rangka menemukan yang namanya potensi karbon,” kata Alue.

Baca juga : PLTS Sei Mangkei Potensi Tekan Emisi Karbon 1.300 Ton Setahun

Selain itu, lanjut Alue, akan dihitung pula faktor emisinya. Jika terjadi konversi, ekosistem mangrove akan menjadi areal penggunaan lain seperti tambak.

“Semua akan kami hitung dan integrasikan. Karbon di ekosistem mangrove potensial sekali dalam rangka pengenda­lian perubahan iklim dan penca­paian NDC kita,” jelas Alue.

Dengan banyaknya man­faat dari keberadaan ekosistem mangrove, sejak tahun 2020 pe­merintah menjadikan program rehabilitasi mangrove menjadi salah satu Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

PEN melalui Penanaman Mangrove telah menyerap ratusan ribu Hari Orang Kerja (HOK), melalui penanaman bibit mangrove di ratusan ribu hektar areal pesisir yang terdegradasi.

Baca juga : Deputi BPOM: Paparan BPA AMDK Galon Masih Aman Untuk Bayi

Dengan rehabilitasi mangrove, dua manfaat besar dapat tercapai. Yaitu, meningkatnya tutupan hutan mangrove, yang secara paralel meningkatkan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.

Karena itu, Kementerian LHK bekerja sama dengan BRGM mempercepat langkah rehabilitasi mangrove. Format tata kelola yang diinisiasi Ke­menterian LHK akan menjadi acuan bagi akselerasi rehabili­tasi mangrove nasional seluas 600.000 hektare, di 9 provinsi prioritas sampai tahun 2024.

Kepala BRGM Hartono mengatakan, percepatan reha­bilitasi mangrove tidak hanya dimaksudkan sebagai upaya perbaikan lingkungan. Juga upaya penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan penda­patan masyarakat pada masa pandemi. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.