Dark/Light Mode

Ibukota Pindah, Boleh, Ibu Negara Jangan

Kamis, 29 Agustus 2019 06:58 WIB
Ngopi - Ibukota Pindah, Boleh, Ibu Negara Jangan
Catatan :
SUGIHONO

RM.id  Rakyat Merdeka - Wacana pemindahan ibukota negara ke Kalimantan Timur jadi trending topic yang paling ngehits. Tak hanya politikus, masyarakat awam pun ikut membicarakannya.

Kalau politikus pastinya selalu serius ngebahasnya. Seluruh aspek dipreteli. Dari mulai histori. Undang-undangnya. Aspek pertahanan keamanan. Sampai dugaan kepentingan politik dan ekonomi dibalik wacana itu habis dikuliti.

Tapi 4 sobat saya orang mess betawi, Tanah Abang ringan saja ngebahasanya. Beberapa malam lalu saya ngopi bareng dengan mereka di Karet. Pembahasan soal pindah ibukota dibuka dengan hasil survei terbaru sebuah lembaga yang mengungkap 94,7 persen pegawai negeri sipil (PNS) menolak rencana pemindahan ibukota.

Kawan saya punya perspektif sendiri dalam membaca hasil survei ini. Dia bilang, jelas aje banyak yang nolak ibukota dipindah. Soalnye PNS yang disurvei bisa jadi kebanyakan orang sini. Kok bisa?

Baca juga : Ibukota Pindah Ke Kaltim, Toyota Siap Perkuat Jaringan

“Lihat aje tuh bos-bos pegawai negeri di sini kan pada melihara (perempuan) simpenan semua. Kalau sampe ibukota dipindah, pastinye die orang bakal kerepotan dah. Masa mau ‘begonoan’ kudu naik kapal ke Jakarta dulu,” kata Herman sembari menunjuk unit rumah susun yang disewa istri simpanan PNS di wilayah tem pat kami nongkrong.

Celotehan Herman disambung tawa kami. “Berarti kalo ibukota jadi dipindah, di sini banyak dong ASN yang pade cere (cerai, red) sama simpanannye?” timpal Udin.

“Yoi. Kalo udah gitu yang untung siape?” imbuh Herman lagi. Tiga teman saya yang mendengar pertanyaan itu terlihat melongo. “Siape dong?” tanya Mat Sani. “Noh die,” jawab Herman sambil nunjuk Cang Awe, kepala satpam rusun.

“Die jadi punya banyak koleksi janda tuh di sini ha..ha..,” imbuh Herman ditingkahi derai tawa kita semua. Herman ini orangnya nyablak, ceplas-ceplos. Tapi terlepas dari lucu dan serunya gaya bicara Herman.

Baca juga : Ibu Kota Pindah, Yuki Kato Tak Masalah Disebut Artis Daerah

Dia punya opini khusus terkait wacana pemindahan ibukota. Omongannya nyaris mirip dengan pendapat yang dilontarkan Babe Ridwan Saidi di acara talk show sebuah stasiun televisi.

“Kalo gue pribadi, sekarang mah terserah aje dah pemerintah mau mindahin ibukota kemana kek. Suka-suka die. Kalau perlu abis beduk shubuh besok, pindahin aja. Cuma yang penting buat gue satu pokoknya.”

Udin kepo. Dia kepengin tahu, apa poin penting yang disimpan Herman. “Yang pentingnye apaan tuh Bang?” Sambil tertawa besar Herman menjawab. “Jadi terserah deh ibukota mau pindah kemana, yang penting ibu negara kudu tetap di Bogor.

Buahaha..ha..” Kita semua tertawa lebar mendengar celotehan Herman itu. Ibu negara yang dimaksud Herman bukan Ibu Negara Iriana Jokowi yang saat ini menetap di Istana Bogor yang tentunya bersama Pak Jokowi.

Baca juga : Perlu Screening Pimpinan Lembaga Negara, Jangan Pilih Yang Berkasus

Ibu negara yang dimaksud Herman istrinya sendiri. Kami semua paham dengan pernyataan Herman. Kawan saya yang satu ini pengantin baru. Dia baru nikah lagi dengan orang Bogor pasca lebaran haji lalu.

Dia biasa nyebut istri barunya itu sebagai ibu negara. Obrolan canda sobat saya ini memang terdengar konyol.

Tapi saya melihat, setidaknya mereka berhasil mengangkat salah satu persoalan yang mungkin saja timbul dari pemindahan ibukota. Ya soal itu. Soal kehangatan hubungan keluarga para PNS, yang bisa jadi terganggu. Karena terhalang jarak. Wallahu a’lam bish-shawab. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.