Dark/Light Mode

Sok Peduli Lingkungan

Sabtu, 2 November 2019 09:15 WIB
Ngopi - Sok Peduli Lingkungan
Catatan :
DAUD FADILLAH

RM.id  Rakyat Merdeka - Anak saya yang sulung lagi perlu biaya pendidikan lumayan gede. Lantaran itu, saya berhemat. Pengelua ran yang bukan kebutuhan pokok di coret. Maka, keinginan untuk membeli pot-pot tanaman hias dan pupuk pun saya urungkan.

Tapi, yang namanya hobi mesti jalan terus, supaya nggak stres cing...Apalagi, soal pupuk dan pot bisa diakalin.

Kaleng-kaleng biskuit bekas Lebaran kan bisa jadi pengganti pot. Tapi, bagian bawah kalengnya, saya bolongi terlebih dahulu agar air siraman bisa keluar. Jika tidak, pohon akan busuk.

Kalau dikomentarin tetangga, potnya nggak keren karena dari kaleng, saya sudah menyiapkan jawaban. Jawaban ini sok peduli lingkungan; “Justru menggunakan kaleng sebagai pot itu keren, karena bisa mengurangi sampah yang telah menggunung di Bantar Gebang.” Meski sebenarnya, saya lagi ngirit. He, he, he....gengsi juga kalau tetangga tahu saya lagi ngirit.

Baca juga : Senandung untuk Bumi Ajak Anak Muda Peduli Lingkungan

Lantas, bagaimana mendapatkan pupuk gratisnya supaya betul-betul hemat. Oh iya, beberapa bulan lalu, abang saya, Kamil, memangkas pohon belimbing yang sudah terlalu besar di depan rumahnya.

Saya ingat, waktu itu dia mengumpulkan daun-daun dan ranting-rantingnya yang sudah dipotong kecil-kecil ke dalam sebuah karung besar supaya tidak berantakan. Lalu, ia meletakkan karung itu di tanah kosong dekat rumahnya.

Saya berharap, semoga karung berisi sampah organik (terurai) itu tidak dibuang petugas sampah. Soalnya, daun-daun itu kan jadi pupuk kalau sudah lapuk. Bisa saya pakai untuk menanam pohon.

Saya kemudian datang ke rumah Kamil. Syukurlah, karung berisi sampah dedaunan itu masih ada. Be gitu karungnya saya buka, tampak daun-daun yang sudah menghitam, lapuk, meski belum halus betul.

Baca juga : Anak Buah Jonan Patungan Listrik

Sedangkan ranting-rantingnya masih utuh. Karena itu, saya mengambil daunnya saja. Saat saya tanya, sudah berapa lama dedaunan ini dilapukkan, Kamil tidak ingat betul. Dia mengira-ngira saja, “Kayaknya tiga bulan.”

Daun belimbing lapuk itu saya pakai untuk menanam ulang pohon-pohon yang merana karena kekurangan gizi dan potnya sudah kekecilan. Potnya saya ganti kaleng yang lebih besar. Sedangkan pot-pot kecilnya saya simpan.

Barangkali suatu saat diperlukan.Setelah ditanam dengan pupuk daun belimbing lapuk itu, pohon-pohon tersebut tampak sehat. Lebih segar. Tapi sayang, air siraman yang keluar dari dasar kaleng itu, warnanya coklat kemerahan.

Seperti warna peka (obat pembersih luka) yang telah dicampur air. Tapi, tak apalah, namanya juga pupuk gratisan. Toh, sehabis menyiram, lokasi di sekitar ta naman itu bisa saya bersihkan. Lagian, saya masih bisa belajar, mana sampah organik yang tidak mengeluarkan air buangan keruh seperti daun belimbing lapuk itu.

Baca juga : Peduli Lingkungan, Pelindo lll Kucurin Dana Rp 2,4 M

Untuk proses belajar memanfaatkan sampah secara sederhana, sementara ini lumayanlah, menggunakan kembali (reuse) kaleng biskuit yang sulit terurai (non organik) sebagai pot tanaman hias. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.