Dark/Light Mode

Rindu Pak JK

Rabu, 13 November 2019 04:43 WIB
Ngopi - Rindu Pak JK
Catatan :
KRISTANTO

RM.id  Rakyat Merdeka - Saya pernah bertugas jadi wartawan Istana selama kurang lebih dua tahun. Mulai awal 2007 sampai akhir 2008. Pada masa inilah saya berkenalan dengan sosok Pak JK.

Kala itu, tugas utama saya adalah meliput kegiatan Presiden SBY. Namun, jika Pak SBY keluar kota atau lawatan ke luar negeri, barulah saya melipir ke Istana Wapres. Meliput kegiatan Pak JK.

Impresi awal saya benar-benar positif. Liputan di Kantor Wapres benar-benar enak. Tidak bertele-tele. Rapat yang dipimpin Pak JK bersama para menteri jarang sekali berlangsung lama. Paling banter 2 jam. Dan itu pun langsung menghasilkan keputusan.

Baca juga : Kisah Pak Jimmy

Jadi, begitu para menteri keluar, kami para pewarta berita sudah punya berita untuk ditulis. Tidak kosongan. Beda dengan rapat di sejumlah kementerian yang kala itu sering saya tongkrongin. Kadang kala rapat berlangsung lebih dari enam jam, tapi begitu selesai tidak ada keputusan yang dibuat. Wartawan pun balik kanan dengan tangan hampa karena tak punya berita untuk ditulis.

Karena itulah Pak JK banyak disukai wartawan. Apalagi beliau tidak pelit bicara saat di-doorstop soal isu-isu yang penting. Satu-satunya hal yang membuat saya kurang sreg adalah aksen bicara Pak JK yang agak belibet. Susah dimengerti. Sering saat saya mentranskrip omongan beliau, butuh berkali-kali me-rewind tape recorder mini saya agar bisa menangkap apa yang diomongkan Pak JK.

Di akhir 2008 saya dipindah ke pos lain. Jelang Pilpres 2009, saya dengar mayoritas wartawan yang ngepos di Wapres ngeblok ke Pak JK. Kala itu Pak JK bersama Pak Wiranto jadi pasangan capres cawapres.

Baca juga : Diculik Jin

Sementara saya, meski dari jauh, tetap mendukung Pak JK dengan cara mencoblos beliau di bilik suara. Saya suka sekali dengan slogan Pak JK kala itu, “Lebih Cepat Lebih Baik.” Pas banget dengan sikap dan gaya manajemen beliau.

Rata-rata wartawan Istana Wapres yang saya tahu juga mengaku mencoblos beliau. Yang gila, saking ngefans nya, ada satu wartawati yang nekat coblos Pak JK di dua TPS berbeda. Kala itu sang wartawati dengan bangga menunjukkan dua jarinya yang dilumuri tinta. Padahal kalau ketahuan, teman saya ini bisa dipenjara. “Demi JK,” kata dia sambil tersenyum.

Kini setelah Pak JK pensiun sebagai wapres, saya akan merindukan kiprah beliau di pemerintahan. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.