Dark/Light Mode

Suka Duka Korban Gusuran Jalan Tol

Jumat, 22 November 2019 06:51 WIB
Ngopi - Suka Duka Korban Gusuran Jalan Tol
Catatan :
DEDE HERMAWAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Namanya Karyo. Saya tidak tahu nama lengkapnya, karena sejak awal berteman, dia sudah dikenal dengan sebutan Karyo. Apalagi, di komunitas bulutangkis dia lebih senang memakai nama punggung Karyo di seragamnya.

Pria asal Wonogiri ini cukup humoris dan mudah bergaul. Bahkan, jika ada teman-temannya yang ngeledek atau bully, dia tetap senyum. Sesekali, dia balas lagi dengan candaan lagi, sehigga suasana semakin akrab. Itulah cara Karyo bergaul.

Karyo merupakan korban gusuran proyek jalan tol Cinere-Jagorawi (Cijago). Dia tinggal di wilayah Tanah Baru, Beji, Depok atau tidak jauh dari jalur pipa gas alam. Bangunan rumahnya yang berada di luas tanah 100 meter harus segera dikosongkan. Karena akan diratakan dengan alat berat.

Baca juga : Ria Irawan Update Kondisi, Sudah Bisa Jalan ke Toilet

Kata Karyo, akhir tahun ini pembangunan jalan tol Cigajo tahap III harus sudah mulai. Karyo bercerita proses pembayaran atau ganti rugi pada rumahnya terbilang cepat. Pasalnya, dia tidak menempuh jalur hukum atau keberatan seperti yang dilakukan tetang ga-tetangganya.

“Saya mah terima aja, yang penting harganya sesuai. Dibanding harus lewat jalur pengadilan bakal lama dan melelahkan. Harus bayar pengacara dan lain-lain, akhirnya sama saja,” ujar Karyo. Karyo mengaku tanahnya diharga Rp 5 juta per meter. Menurutnya, harga tersebut sudah tinggi, jika merujuk pada nilai NJOP di wilayah tersebut. Yang penting, kata dia, bisa beli tanah dan bangun rumah lagi.

Dia bercerita, sejak rumah dan tanahnya kena jalur tol Cijago, dia sudah mencari-cari tanah untuk tempat tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Tentunya, kata Karyo, bukan disekitar bekas rumahnya, karena harganya sudah tinggi. “Kalau masih disekitar situ, bisa beli tanah, tapi tidak bisa bangun rumah,” ujarnya.

Baca juga : Menteri Basuki Rayu Jepang Garap Jalan Tol Cipali Ke Subang

Alhasil, lewat beberapa temannya, dia ditawari tanah di wilayah Parung, Bogor dengan harga terjangkau. Asalkan surat-surat lengkap dan jelas, dia tidak berpikir panjang langsung deal. Tanah yang dia beli pun lebih luas dibanding dengan sebelumnya, karena harga pasaran di Parung, Bogor, masih rendah dibanding di rumah sebelumnya. “Alhamdulillah, di tanah itu sudah saya bangun rumah dan masih ada sisa tanah,” ujarnya.

Rupanya persoalan dampak korban gusuran tidak berhenti disitu. Karyo harus bolak-balik mengurus kepindahan sekolah kedua anaknya yang duduk di bangku SD dan SMP.

Sebagai korban penggusuran, Karyo dan keluarganya tentu harus menyiapkan mental. Pasalnya, mereka yang sudah bertahun-tahun tinggal dengan masyarakat sekitar harus hijrah dan menuntut sosialisasi dengan lingkungan barunya.

Baca juga : INACA Dukung Program Pembangunan Bali Baru

Tentunya, kondisi tersebut tidak mudah. Tapi, saya yakin, Karyo bisa melewati dengan mudah, karena seperti yang saya tulis di atas, dia mudah bergaul dan humoris.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.