Dark/Light Mode

Ngaji Bareng Gus Baha

Sabtu, 30 November 2019 07:03 WIB
Ngopi - Ngaji Bareng Gus Baha
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Saya yakin, semua orang pasti punya idola. Nggak terkecuali saya. Belakangan ini, saya sering mendengarkan, melihat, dan belajar melalui video Gus Baha di YouTube. Maklum, dalam beberapa minggu ini video ulama bernama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim rame diperbincangkan. Karena cara penyampaiannya yang sangat sederhana, namun ilmunya sangat luas.

Dalam hati saya bergumam. “Kalo Gus Baha datang ke Jakarta, pasti saya datang. Ucapan itu saya utarakan ke teman saya. Faqih Mubarok namanya. “Minggu kan Gus Baha ke Pondok Cabe,” katanya sembari ngirim flyer melalui pesan Whatsapp.

Pucuk dicinta ulam tiba. Kira-kira itulah yang saya rasakan ketika dapat info tersebut. Tepatnya, Faqih ngasih tahu Jumat malam (22/11). Sesampainya di rumah, saya umumkan ke keluarga dengan bangganya.

Baca juga : Suka Duka Korban Gusuran Jalan Tol

Akhirnya, waktu itu tiba. Minggu (24/11), saya bangun sholat subuh bersemangat. Menunggu jam 9 pagi. Bahkan, saya sampe nggak olahraga di South City bersama istri dan anak. Yang menjadi rutinitas mingguan kami.

Acara itu bertema Ngaji Bareng Gus Baha. Tempatnya di Bayt Al-Quran Pondok Cabe. Pesantren yang dikelola Quraish Shihab. Mantan menteri agama di era Soeharto ini juga hadir. Jam 8 saya berangkat dari rumah. Pake baju muslim, lengkap dengan peci hitam. Bedanya dengan Gus Baha, beliau kalo pake peci, rambut depannya kelihatan. Katanya, itu ciri khas beliau.

Ketika sampe, lagi sholawatan. Ternyata lagi marhabanan. Masjid Bayt Al-Quran nggak begitu luas. Kira-kira, seluas dua lapangan futsal. Itu pun penuh. Sesak. Alhamdulillah saya duduk di dalam. Orang yang datang setelah saya, duduk di pelataran masjid.

Baca juga : Bernostalgia Dengan Musik Ska

Sempat mengunduh video di status Whatsapp. “Ciyeee yang lagi ketemu idolanya,” kata istri mengomentari status saya.

Ceramah Gus Baha nggak lama. Sekitar 45 menit. Tentu saya nggak bisa ngulang ceramah beliau dalam tulisan ini. Tapi kalo disimpulkan, terkait Nabi Muhammad. Mengingat saat itu masih dalam peringatan Maulid Nabi. Sambil mendengarkan, saya mencatat poin penting yang diucapkan murid almarhum KH Maemun Zubair ini.

Beberapa pertanyaan sudah disiapkan. Sampai di penghujung ceramah saya bersiap. Mau langsung berdiri kalo dibuka sesi tanya jawab. Sayangnya nggak ada. Sedih.

Baca juga : Nasib Basir Tergantung Bagaimana MA Menafsir

Kesedihan saya yang kedua, karena nggak bisa nyium tangan beliau. Karena Gus Baha langsung masuk setelah mimpin doa. Maklum, dulu sa ya sempat nyantri di Babakan, Ciwaringin, Cirebon.

Saat itu, saya di ajarkan betapa pentingnya berkah kiai. Saking hormatnya, kalo nyium tangan dibolak balik. Saya keluar dengan muka tertunduk. Mata pun berkaca-kaca. Nggak sadar air mata menetes. Cerita ke istri.

“Mungkin beliau lebih mulia dari orang penting yang pernah kamu temui. Insya Allah dengan ketemu langsung Gus Baha, dapat berkahnya,” jawab istri menenangkan. [NUR ROCHMANNUDIN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.