Dark/Light Mode
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
RM.id Rakyat Merdeka - Akhir-akhir ini saya kembali aktif di jagat Twitter. Gara-garanya, untuk sementara waktu saya mendapat tugas di halaman internasional. Di dalamnya ada rubrik tentang twitt para pemimpin dunia. Nama rubliknya, Leader's Chit Chat.
Twitt yang bisa masuk di rubrik itu kebanyakan adalah dari akun resmi presiden atau perdana menteri suatu negara. Memang, kadang boleh juga memasukkan menteri atau senator ke rubrik tersebut. Karena bagaimanapun nggak setiap hari presiden atau perdana menteri nge-twitt. Sementara, halaman harus tetap terbit, dan twitt yang dimuat juga nggak basi. Basi di sini saya artikan twitt-nya belum berumur satu hari ketika korannya terbit.
Baca juga : Ojek Online Kini Mirip Metromini
Karena koran itu harian, berarti deadline-nya itu satu hari. Oleh karena itu, setiap mencari twitt yang akan dimuat, saya menghitung agar nggak basi. Dan karena twitt dari perdana menteri atau presiden belum tentu memenuhi syarat tersebut, jadi boleh twitt dari akun resmi pejabat lain sebagai alternatif. Tapi, yang saya utamakan adalah presiden atau perdana menteri.
Ini jadi tantangan tersendiri. Karena itu artinya saya harus bolak-balik ngecek isi twitt mereka. Supaya nggak basi, saya menyiasati dengan mencari twitt-nya menjelang deadline. Untungnya, twitt yang dimuat dalam tiap edisi nggak harus satu tema, sehingga mempermudah mendapatkan cuitan yang sesuai.
Baca juga : Ruang Laktasi di Kereta
Lalu, dengan mengutamakan mereka juga, akan ada beberapa presiden atau perdana menteri yang keseringan muncul. Dan ini sudah kejadian dan mungkin akan kejadian lagi. Twitt dari Presiden AS, Donald Trump, dan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, pernah diminta dicopot karena keseringan.
Tantangan lainnya adalah soal bahasa. Karena presiden dan perdana menteri itu sering menggunakan bahasa negaranya sendiri. Yang bikin bingung, itu kalau twitt tersebut berbahasa Spanyol atau Portugal. Karena kedua bahasa itu mirip. Jadi, ketika ditranslate, kadang bisa diartikan, kadang bisa salah.
Baca juga : Langkanya Turis China
Kecuali kalau kita tahu apa bahasa yang digunakan negera tersebut. Masalahnya, twitt berbahasa Spanyol atau Portugal itu sering muncul pada cuitan presiden di negara-negara amerika latin. Saya sendiri nggak tahu mana saja negara yang berbahasa Spanyol, dan mana saja negara yang berbahasa Portugal. Kayaknya, mencari informasi soal ini jadi PR tambahan buat saya.
Nanda Prananda, Wartawan Rakyat Merdeka
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.