Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Radikalisme `Kesurupan` Voldermort

Selasa, 18 Februari 2020 01:37 WIB
Ngopi - Radikalisme `Kesurupan` Voldermort
Catatan :
ANGGOWO ADI SEPTANINGRAT

RM.id  Rakyat Merdeka - Yudian Wahyudi jadi bahan perundungan akibat berita 'Kepala BPIP Sebut Agama Jadi Musuh Terbesar Pancasila' di sebuah media daring. Baru dilantik 5 Februari lalu, banyak orang minta Rektor UIN Sunan Kalijaga ini dicopot. Saya pribadi menduga dua kemungkinan. Satu, beliau selip lidah. Dua, wartawannya gagal tafsir. Terserah saja percaya yang mana. Yang jelas, ini kehebohan kedua setelah pada 2018, ramai cercaan gaji pejabat BPIP hingga seratus juta per bulan. 

Yang saya lihat dan rasakan. Kebetulan saya punya dua teman di BPIP, deputi dan direktur. Keduanya low profile dan pekerja keras. Mereka fasih bicara realita kekinian Pancasila masyarakat. Sampai lagu anak 'Balonku Ada Lima' saja dianggap salah, rancu, dan menurunkan motivasi. Diantaranya di lirik, 'Hatiku sangat kacau. Balonku tinggal empat, kupegang erat-erat.' Tampak SDM di BPIP bukan 'kaleng-kaleng' dan pemikirannya 'out of the box'. 

Baca juga : Belajar Wirausaha

Nah, belakangan teman saya di BPIP tambah satu lagi. Muhammad Sabri, Direktur Pengkajian Materi. Pria asal Makassar ini bekas wartawan dan Lektor Kepala Dirasah Islamiyah S2 UIN Alauddin. Saat saya singgung heboh berita Yudian, dia jawab dengan pengandaian. Awalnya bikin pusing kepala, tapi logis juga akhirnya. 

Sabri menyebut Voldermort, musuhnya Harry Potter. Sosok rekaan itu disamakan dengan orang yang hidup dalam kebutaan dan kecemasan. "Dari dimensi kegelapan Voldemort, kita bisa meletakkan fanatisme, radikalisme, dan fundamentalisme. Mengapa orang bisa menjadi gelap, benci, marah, dan jahat terhadap orang lain," katanya. 

Baca juga : Pilih KTP DKI

Orang yang 'kesurupan' Voldemort tadi lantas masuk ke berbagai sendi kehidupan. Agama misalnya, tidak lagi hadir sebagai oase memuliakan manusia dengan cinta dan pengampunan, tetapi menjadi post-agama. Di titik ini, kata Sabri, agama mengalami distorsi dalam menghalau kebencian dan dendam karena kehilangan basis akal-budinya. "Ironisnya, agama lalu menjadi habitus, tempat di mana kaum fanatik-radikalis-fundamentalis berlindung dan menjadikannya zona nyaman dalam memupuk kebencian dan amarah kepada yang liyan," terang Dewan Pakar MN KAHMI ini. 

Nah dalam konteks ke-Indonesiaan, lanjut Sabri, 'paras agama topeng' terjerembab pada kubangan paham gelap pemikiran dan amat bernafsu mematahkan Pancasila sebagai philosopfische grondslag maupun Weltanschauung. "Anggitan 'agama' dalam pengertian ini pula, yang diandaikan Kepala BPIP Prof. Yudian Wahyudi sebagai 'musuh' Pancasila," tandas peraih Satya Lencana Karya ini. 

Baca juga : Mantengin Cuitan Pemimpin Dunia

Sabri menyimpulkan, 'agama cinta' secara substansial bersemayam dalam jantung Ketuhanan Yang Maha Esa dan didakukan Bung Karno sebagai 'Ketuhanan yang Berkebudayaan'. Sebab itu, hadir untuk mengandaikan satu hal, bahwa Tuhan Yang Maha Esa lebih penting dari agama, sebagaimana cinta lebih agung dari iman.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.