Dark/Light Mode

Takut Rapid Test

Rabu, 10 Juni 2020 04:10 WIB
Ngopi - Takut Rapid Test
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Siti Hairiah, wanita berusia 42 tahun, yang kesehariannya menjadi sopir Grab, mengaku ogah mengikuti rapid test. Walau gratis sekali pun. Hal itu dinyatakannya, sewaktu saya menumpang menuju Kantor Redaksi Rakyat Merdeka, di Gedung Graha Pena, Jalan Raya Kebayoran Lama, Senin kemarin. 

Di kantor memang tengah dilakukan rapid test. Dan saya juga kepengen dites. Saya kebetulan kebagian ikut rapid test itu juga. 

Siti, yang sudah setahun lebih menjalani profesi sebagai sopir grab, mengaku tidak selera mengikuti rapid test. “Malah bikin deg-degan, jadi kepikiran. Ngapain nambahin penyakit di masa pandemi Covid-19 ini. Gratis aja saya ogah, apalagi bayar,” tutur Ibu dua anak itu. 

Baca juga : Langitnya Biru, Jakarta Serasa di Pantai

Soalnya, menurut Siti yang sudah 5 tahun harus banting tulang menggantikan suaminya yang sudah sakit-sakitan, saraf terjepit dan belum menunjukkan tanda-tanda membaik itu, ada sanak familinya yang pernah ikut rapid test. Malah hasilnya positif Covid-19. Tetangga dan sanak famili mendadak ilfil. Padahal, sanak saudaranya itu sehat dan baik-baik saja. Karena merasa tak mengalami sakit, dilakukan lagi test ulang ke rumah sakit. Hasilnya negatif Covid-19. 

“Itu saudara kami malah kepikiran dan jadi sakit hanya karena hasil test pertama yang menyebutkan dia positif Covid-19. Untung saja dia tak lantas diasingkan. Untung saja ada hasil test dari Rumah Sakit lagi yang membantah hasil rapid testnya. Kalau tidak? Wah, bisa diusir dari rumah,” bebernya. 

Saya dan Siti selama perjalanan memang menggunakan masker, dan jaga jarak. Mengikuti protokol kesehatan masa pandemi Covid-19. 

Baca juga : Daftar Pelanggaran Protokol di Masjid

Siti juga mengaku tak begitu girang dengan adanya bantuan sosial (bansos) atau sembako yang disebar-sebar di masa pandemi Covid-19 ini. Menurut jebolan salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta ini, pembagian bansos dan sembako bukan solusi mengatasi pandemi Covid-19. “Logikanya, kalau kita sakit kan yang dicari itu obat untuk mengobati sakit,” ujarnya. 

Karena itulah, Siti juga tidak pernah complain jika tak mendapatkan bansos atau sembako itu. Dia lebih memilih bisa tetap narik grab untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Meski setibanya di kantor saya menawarkan padanya untuk ikut rapid test, Siti menolak. Padahal, saya bilang, itung-itung untuk berjaga-jaga saja. Tak ada ruginya. “Enggak ah Mas. Makasih aja. Ngapain gue pusing mikirin tes begitu. Mending saya lanjut narik lagi,” ujarnya. 

Harapan kecil dia, kiranya pandemi Covid-19 segera berlalu. Dan semua orang bisa beraktivitas normal kembali. Agar bisa melanjutkan kehidupan normal, seperti sedia kala. “Semoga Tuhan segera mengusir Covid-19 ini. Sebab hanya Tuhan yang bisa melakukannya. Kalau Tuhan masih ijinkan, ya mau gimana lagi. Makasih ya Mas. Salam sehat aja,” tutupnya dan berlalu dari pelaratan Gedung Graha Pena.

Baca juga : Gudik Versus Covid

Jhon Roy P Siregar, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.