Dark/Light Mode
Sebelumnya
Tanda-tanda perpisahan itu dia berikan, ketika Kristanto, kawan kami meninggal dunia, Agustus tahun lalu. Pagi itu, saya bersama ONO dan dua kawan lainnya menunggu jenazah Kristanto untuk dimakamkan.
Di tengah candaan kami, ONO bertanya, pertanyaan yang saat itu kami anggap biasa. “Kalau gua meninggal, lo pada kaya gini nggak ke gua,” tanyanya. “Tenang bang, pasti gua dateng. Gua shalatin, sampai lu dikubur bang,” timpal saya. “Bagus dah,” jawab ONO, sembari tersenyum.
Baca juga : Hilangnya Suara Oposisi
Usai pemakaman, rekan-rekan kantor yang saat itu datang menyempatkan diri untuk foto bersama. Saat itu, kami semua berjejer. Ada yang berdiri, beberapa jongkok. Kami menyempatkan bergaya di balik masker dan kesedihan.
Beda dengan ONO. Dia justru memilih mendorong sepeda motor sendirian. Melintasi kami yang sedang berfoto. Dia seperti berjalan meninggalkan kami, teman-teman kantornya.
Kini, setelah ONO meninggal, kami baru tahu dua pesan itu. Lewat gaya konyolnya, ONO memberi isyarat, kalau dia akan pergi untuk selamanya.
Selamat jalan kawan. Semoga engkau tenang di Surga. Kami akan kenang kebaikanmu selamanya. Alfatihah. [Nur Rochmannudin/Wartawan Rakyat Merdeka]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.