Dark/Light Mode

Curhat Anak TK

Selasa, 27 Juli 2021 06:05 WIB
Ngopi - Curhat Anak TK
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Anak keduaku, Peter Boris, kini sudah kelas TKB. Satu tingkat lagi, dia akan masuk SD. Sebagai orang tua, tentu kami sangat senang.

Namun setahun menyandang status sebagai anak TK, Boris tidak merasakan indahnya sekolah. Belajar dan bermain dengan teman-teman sebayanya di sekolah. Pandemi Corona yang masih terjadi, membuat kegiatan belajar-mengajar hanya secara daring. Lewat zoom meeting.

“Kapan Aku bisa sekolah kayak Abang?” tanya Boris kepada saya dan istri.

Dia mengira, belajar lewat daring bukan sekolah. Dulu saat abangnya, anak pertama saya TK, dia memang sering diajak istri untuk antar-jemput ke sekolah. Makanya dia juga ingin masuk TK, belajarnya seperti abangnya dulu.

Baca juga : Dikagetin Teman

Tadi siang, Ibunya membawa dia mendaftar ke sekolah TKyang lain. Tidak jauh dari TKsebelumnya. Mereka pergi berdua saja. Tidak lupa menerapkan protokol kesehatan; memakasi masker. Semangatnya luar biasa.

Namun sepulang dari mendaftar, anak saya lagi-lagi kecewa. Katanya, nanti belajar tetap dari rumah. “Nanti tetap pakai zoom, Pak” ceritanya.

Dia juga heran dengan kondisi di sekolah. Setau dia, sekolah itu selalu rame. Tapi saat datang tadi, dia melihat sepi-sepi saja. Tidak ada anak-anak yang bermain dan belajar di kelas. “Enggak ada orang-orang ramai kok tadi Pak?” tanya dia.

Saya lalu coba menjelaskan. Kepada dia, saya bilang saat ini memang belum ada sekolah yang belajarnya langsung. Masih di rumah lewat zoom. Karena sampai sekarang pandemi belum berakhir. Banyak orang yang tertular Corona.

Baca juga : Modal Sabun Mandi Doang, Kok Bisa Mulus?

“Tapi kalau belajar pake zoom, nggak bisa kenal teman-teman dong?” protesnya.

Menurut saya, protes anak ini wajar. Ini juga masalah yang dialami anak-anak dan orang tua yang lain, saat belajar harus daring. Sulit terbangun hubungan emosional dengan teman-temannya. Padahal anak saya ini sedang girangnya hendak merasakan bagaimana sih bersekolah itu? Bertemu teman-teman baru, guru-guru dan lingkungan baru. Mungkin di pikirannya, so exited.

Tapi apalah daya, situasi belum memungkinkan. Saya memang sering memikirkan hubungan atau relasi sosial anak-anak murid di kala pandemi begini. Ada ruang-ruang kosong yang tidak mampu diisi dengan baik jika belajar hanya lewat zoom meeting.

“Emang sampe kapan selesainya Corona, Pak?” tanya anak lagi.

Baca juga : Ketagihan Belanja Online

Untuk ini, saya sulit menjawabnya. Karena memang tidak bisa ada yang memprediksi, kapan virus asal Wuhan, China ini bisa segera angkat kaki dari Indonesia. Padahal, anak-anak kecil seperti dia, sangat gembira bila belajar langsung di sekolah. Memakai seragam, bawa sarapan, diantar-jemput dan bermain dengan teman-temannya di sekolah.

Bagi orang tua, anak-anak belajar di sekolah juga lebih terasa indahnya. Bisa kenal baik dengan orang tua lain. Ngobrol dan bertukar informasi saat sedang menunggu anak pulang.

Saya juga berharap, badai pandemi Corona ini segera berlalu. Kami, terutama anak-anakku sudah penat dan was-was setiap hari dengan pandemi ini. Sangat menyiksa. [Jhon Roy P Siregar/ Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.