Dark/Light Mode

Atasi Gejolak Harga Impor

Ayo, Mulai Swasembada Kedelai

Sabtu, 12 Maret 2022 07:50 WIB
Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo. (Foto: Dok. DPR RI)
Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo. (Foto: Dok. DPR RI)

 Sebelumnya 
Firman mendukung upaya Kementan untuk meningkatkan produksi kedelai melalui upaya konsolidasi bersama pemerintah daerah. Inventarisir lahan-lahan yang bisa dioptimalkan untuk budi daya kedelai dan lakukan pendampingan untuk meningkatkan produktivitasnya, hingga pada aspek hilirisasi.

Kalau petani sudah mulai memproduksi, impor juga harus ditekan. Tidak masalah beli mahal untuk petani kita yang jumlahnya jutaan jiwa ini.

“Daripada beli murah tapi yang menikmati cuma segelintir importir saja. Tapi ujung-ujungnya kita tergantung terus. Hasilnya seperti sekarang, kita terus jadi bulan-bulanan,” tegasnya.

Baca juga : Petani & Pelaku Usaha Sumsel Antusias Sambut Taxi Alsintan Kementan

Sekretaris Lembaga Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandi menilai, masalah kedelai ini merupakan problem yang terjadi setiap tahun dan terus berulang.

Data Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan, produksi kedelai dalam negeri pada 2021 sebesar 215.000 ton.

Sementara kebutuhan kedelai dalam negeri rata-rata mencapai 9,2 juta ton. Dari total kebutuhan tersebut, 7,2 juta ton berupa bungkil dan bubuk sisanya kedelai segar hampir 2 juta ton. “Ini artinya, ketersediaan kedelai Indonesia 90 persen lebih dari impor,” katanya.

Baca juga : Airlangga Minta AMPG Mulai Persiapkan Strategi Pemenangan Pemilu

Gandi menjelaskan, peningkatan impor kedelai terjadi pasca Pemerintah Indonesia menandatangani Letter of Intent (LoI) International Monetary Fund (IMF) pada 1997.

Sebagai konsekuensinya, Indonesia harus melakukan syarat-syarat yang diberikan oleh IMF yang tercantum dalam Memorandum of Economic and Financial Policies (MEFP).

Terdapat 24 LoI dan MEFP yang disepakati oleh Pemerintah Indonesia dan IMF, yaitu pengetatan APBN, peningkatan suku bunga, liberalisasi perdagangan, liberalisasi pasar kapital, dan privatisasi. Salah satu komoditas perdagangan yang mendapat tekanan liberalisasi adalah kedelai. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.