Dark/Light Mode

Ade Armando Dikeroyok Massa

Ideologi Kekerasan Tidak Boleh Hidup Di Negeri Ini

Kamis, 14 April 2022 07:50 WIB
Penggiat Media Sosial Ade Armando (tengah) babak belur saat dianiaya massa di lokasi unjuk rasa, di depan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/4/2022). (Foto: Dwi Pambudo/RM.id)
Penggiat Media Sosial Ade Armando (tengah) babak belur saat dianiaya massa di lokasi unjuk rasa, di depan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/4/2022). (Foto: Dwi Pambudo/RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah menyesalkan aksi massa mengeroyok dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando. Apalagi ada sebagian pengeroyok meneriakkan kalimat tauhid ‘laa ilaaha illallah’ dan Allahu Akbar.

Basarah menilai, ideologi kekerasan atas nama agama ternyata sudah menyusup di Indonesia.

“Jika dibiarkan, ideologi ini sangat berbahaya. Penganut ideologi ini selalu menjadikan sentimen agama sebagai tameng perjuangan politik mereka,” ujar Basarah dalam keterangannya, kemarin.

Baca juga : Kepala BNPT: Setop Kekerasan, Tingkatkan Persatuan Di Bulan Ramadan

Menurut Basarah, para pengeroyok Ade Armando selalu membangun narasi perlawanan dengan mengeksploitasi kalimat tauhid atau teriakan Allahu Akbar. Ini untuk membangkitkan solidaritas perkawanan dan perlawanan mereka.

Politikus PDIP ini menghendaki ideologi kekerasan dan radikalisme tereleminasi di Indonesia. Tindakan cepat harus dilakukan. Sebab, bukan hanya Ade Armando, siapa saja yang dianggap berlawanan dengan pikiran, misi dan tujuan bisa jadi korban vandalisme mereka.

Untuk itu, Basarah meminta polisi tegas dan cermat mengusut kasus ini. Siapa dalang di balik kasus yang mencemarkan demokrasi ini harus segera terbongkar.

Baca juga : Basarah: Waspadai Ideologi Kekerasan Atas Nama Agama

“Dari situ, aparat dapat bekerja lebih mudah mencari akar masalah,’’ imbuh Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu.

Dosen Universitas Islam Malang (Unisma) ini menerangkan, ada kelompok tertentu dalam sejarah Islam yang kerap menggunakan ideologi kekerasan atas nama agama. Biasanya, mereka cenderung menganggap semua lawan politik bersalah dan harus dibunuh atas nama Allah.

“Kalimat suci ‘laa ilaaha illallaah’ dan ‘Allahu Akbar’ bisa dengan mudah mereka selewengkan demi mencapai kepentingan sesaat mereka,” kata Basarah.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.