Dark/Light Mode

Terima Gatot Cs

HNW Tegaskan MPR Garda Terdepan Selamatkan Indonesia

Selasa, 31 Mei 2022 22:03 WIB
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat bertemu dengan Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dipimpin Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo di Ruang Delegasi Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (31/5). (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat bertemu dengan Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang dipimpin Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo di Ruang Delegasi Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (31/5). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Sementara itu, Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Gatot Nurmantyo menyampaikan maksud kedatangan ke MPR adalah untuk menyamakan visi dalam mengenali masalah dan menyelesaikan masalah-masalah kenegaraan.

"Kami datang silaturahmi ke MPR karena kami menganggap bahwa MPR adalah rumah rakyat. Kami ingin mengingatkan agar kita mempunyai visi yang sama," kata mantan Panglima TNI ini.

Menurut Gatot, banyak cara agar bangsa ini bisa punah. Sebuah bangsa bisa punah karena sikap rakyatnya yang abai, karena ketidakpedulian dan karena ketidakmampuannya untuk mengenali dan menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri. 

Baca juga : Kapolri Fokus Kembangkan Olahraga Sepeda Indonesia

Gatot menambahkan, sebuah bangsa juga bisa punah karena pertentangan-pertentangan internal di bangsa itu sendiri.

"Inilah yang saat ini sedang terjadi. Kami ingin agar kita mempunyai pandangan yang sama. Kami hanya mengharapkan lembaga MPR bisa mengambil langkah-langkah agar bangsa ini selamat dari kepunahan," ujarnya.

Gatot mengungkapkan sejumlah persoalan kenegaraan seperti menggadaikan ekonomi, bangsa dan negara dengan sumber daya alam, TKA non skill, kemudian utang luar negeri, serta masyarakat yang semakin terkotak-kotak, dan hilangnya kiblat dan tata cara bernegara yang baik dan benar.

Baca juga : Terima Kunjungan Bapanas, Andika Tegaskan TNI Ikut Urus Ketahanan Pangan Nasional

"Akumulasi persoalan itu membuat bangsa ini semakin jauh dari persatuan dan kesatuan untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Budaya gotong royong sudah tidak ada, budaya saling menghargai diganti menjadi saling memaki," katanya.

Selain itu, rasa persatuan minor hanya sebatas golongan, kelompok, suku dan ras sesuai kepentingan masing-masing. Gatot memberi contoh kasus deportasi Ustad Abdul Shomad (UAS) dari Singapura.

"Pemerintah Singapura melihat Indonesia sudah tidak setara lagi sehingga melakukan deportasi. Nasionalisme kita tercabik-cabik. Ada orang yang mem-bully UAS dan ada yang membela UAS," tuturnya.

Baca juga : Krisis Rusia-Ukraina, MPR Imbau Pertimbangkan & Kedepankan Kemanusiaan

Ketika mantan Gubernur DKI Jakarta dan mantan Ketua BIN Sutiyoso mengingatkan anak bangsa tentang masalah TKA yang masuk bebas saat pandemi, tetapi kemudian dicap sebagai rasis.

"Nasionalisme kita sudah sangat merosot dan berada pada titik yang sangat rawan. Kenyataannya bangsa ini jauh dari Pancasila, jauh dari Bhinneka Tunggal Ika, jauh dari gotong royong. Bukannya meletakkan sendi-sendi bernegara, melainkan meretakkan sendi-sendi bernegara. Ini yang sangat berbahaya," pungkasnya. â– 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.