Dark/Light Mode

Murah Tapi Hasilnya Maksimal, Firman Ajak Petani Gunakan Biosaka

Sabtu, 10 Juni 2023 21:51 WIB
Elisitor Biosaka. (Foto: Istimewa)
Elisitor Biosaka. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo ikut turun langsung mengajak masyarakat menggunakan elisitor biosaka untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian miliknya. Hasil temuannya di lapangan, dengan menggunakan elisitor biosaka ini, produksi pertanian dapat meningkat signifikan.

"Jadi saya memotiviasi masyarakat supaya ber-biosaka karena ternyata manfaatnya luar biasa," kata Firman kepada Rakyat Merdeka, Kamis (8/6).

Firman mengatakan, telah beberapa kali menggelar Bimtek pertanian di daerah pemilihannya. Ternyata, biosaka saat ini telah menjadi idola baru di pertanian.

Adapun biosaka ini, jelas politisi Fraksi Golkar ini, merupakan sebuah formula untuk pertanian yang berasal dari ekstrasi tanaman, daun, rumput, atau seluruh ragam hayati dengan metode peremasan tangan dan diaduk secara perlahan dengan media air sebagai pelarut ekstrasi. Formula ini digunakan sebagai suplemen pada tanaman pangan, hortikutura dan tanaman tertentu lainnya.

"Karena bahan bakunya sangat mudah didapatkan dari alam, maka bisa membantu masyarakat untuk memanfaatkan. Dan ternyata memang setelah dipraktekkan itu hasilnya luar biasa efeknya pada tanaman. Tanaman menjadi sehat, subur. Kalau cabe itu berbuahnya lebih panjang dan sebagainya," ujarnya.

Baca juga : Di Hadapan Lautan Massa, Ganjar Ajak Relawan Rawat Budaya Nasional

Bagi Firman, elisitor biosaka ini sangat menarik. Sebab produknya gratis, produknya tidak bisa diperjualbelikan lantaran konsep biosaka ini harus dilakukan langsung oleh petaninya sendiri. Dan uniknya, bisa mengurangi penggunaan pupuk.

"Karena situasi sekarang pupuk juga sulit karena jumlahnya yang sangat terbatas, kalau positif, kenapa tidak kita manfaatkan biar petani kita tidak mengelarkan biaya banyak. Apalagi ini bisa dikerjakan di rumah secara sambilan dan dampaknya bisa memberikan hasil yang maksimal," ujarnya.

Firman sendiri mengaku baru ikut mensosialisasikan ke petani terkait biosaka ini. Namun dari informasi yang diterimanya langsung ternyata biosaka ini sudah menjadi sangat tren di kalangan petani.

"Luar biasa semangatnya petani kita karena banyak yang pakai. Mungkin karena murah, pembuatannya juga sangat mudah namun hasilnya luar biasa," ujarnya.

Namun dia berharap, biosaka ini bisa diteliti lebih jauh sehingga ada penjelasan lebih ilmiah terhadap biosaka ini. Apalagi, selama ini penggunaan biosaka tidak memberi resiko apa-apa kepada tanaman.

Baca juga : 3 Persija Muda Nimba Ilmu Di Arema Dan Persikabo

"Malah (biosaka) ini justru menguntungkan karena murah dan simpel. Cuma dengan menggunakan bebagai jenis rumputan dan dedaunan lalu dimasukkan di air dan diperas. Cuma memang saat pembuatannya ini harus pakai perasaan," tambah dia.

Sementara penelit Biosaka Prof. Robert Manurung menegaskan konsep elisitor biosaka ini bukanlah hal baru di dunia walau memang di Indonesia masih terbilang baru. Namun lebih penting dari itu, kemanfaatan biosaka dalam pertanian khususnya di dalam mengurangi biaya input eksternal pertanian sehingga dimungkinkan dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Apalagi hasil temuannya dengan biosaka ini dapat mengurangi penggunaan pupuk, pestisida dan herbisida hingga 80 persen.

"Cost produksi bisa jauh lebih rendah. Jadi bisa mengurangi ongkos produksi yang dikeluarkan oleh petani dan ini penting," katanya.

Dia pun menganalogikan jika harga gabah saat ini saja di pasaran sebesar Rp 5.000 per kilogram sementara cost petani Rp 4.000 per kilogram, maka margin keuntungan yang di petani hanya sebesar Rp 1.000.

Baca juga : Korupsi Dana BUMDes, Petani Jambi Diamankan Tim Tabur Kejagung

Namun jika petani kemudian mengimplementasikan biosaka, dengan mengurangi cost produksi biaya yang dikeluarkan petani untuk biaya pupuk dan pestisida, maka pendapatan petani tentu bisa naik signifikan.

"Jadi biosaka ini bisa jadi penyelamat bagi petani juga di tengah naiknya harga pupuk juga," ujarnya.

Diakuinya, biosaka ini masih kontroversi di kalangan pengambil kebijakan dan peneliti. Namun dia berharap, seiring perjalanan waktu, kontroversi tersebut bisa hilang.

Apalagi saat ini jumlah petani yang mengaplikasikan biosaka ke lahan pertaniannya semakin banyak karena manfaat yang diterima tanaman memang cukup besar.

"Nanti pada acara Penas di Padang, akan diluncurkan buku elisitor biosaka yang berisi teori, praktek, riset, demplot dan berbagai testimoni petani," katanya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.