Dark/Light Mode

Pertumbuhan Ekonomi Kita Stagnan

DPR: Biaya Investasi Tinggi

Kamis, 14 September 2023 07:20 WIB
Anggota Komisi VI DPR Darmadi Durianto. (Foto: Dok. DPR)
Anggota Komisi VI DPR Darmadi Durianto. (Foto: Dok. DPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Senayan mengapresiasi kinerja investasi yang ditorehkan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sepanjang tahun 2021 hingga 2023 ini. Jumlah investasi yang masuk ke Indonesia sangat besar, sebarannya juga besar.

Anggota Komisi VI DPR Darmadi Durianto mengatakan, kinerja investasi mestinya mampu berkontribusi signifikan dalam mendorong per­tumbuhan perekonomian nasional. Salah satu penyebabnya, biaya investasi yang terbilang tinggi.

Baca juga : Penurunan Harga Makanan Dan Minuman Tekan Laju Inflasi Di Jakarta

Kondisi ini pula yang menyebabkan pertumbuhan perekonomian nasional tetap stagnan di angka 5 persen. Penyebabnya, lantaran lembaga ekonomi kita boros, sangat tidak efisien ­sehingga menjadi parasit dalam sistem perekonomian negara.

“Daron Acemoglu (pakar ­ekonomi internasional) menga­takan parasitik. Itu penyebab biaya investasi masih tinggi,” terang peraih gelar Asscociate Profesor dari Universitas Borobudur ini.

Baca juga : Perbasi Kota Tangerang Gelar Turnamen Basket Bergengsi Tingkat SMA

Darmadi bilang, andaikata ­biaya investasi ini bisa diturun­kan, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan melesat naik ke 6 persen. Indikator tingginya biaya investasi ini bisa dilihat dari angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang masih tinggi, yakni sebesar 7,6 pada tahun 2022.

Menurutnya, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Kamboja, Filipina, dan Vietnam yang rata-rata berada di kisaran 4 dan 5.

Baca juga : Indonesia Bakalan Mampu Berpendapatan Tinggi Lho

“Andaikata ini (ICOR) bisa kita samakan dengan negara-negara ASEAN, maka pertumbuhan ekonomi kita akan naik. Nah apa yang bisa dilakukan untuk menurunkan ICOR. Kalau bisa ke 5 saja, luar biasa,” terangnya.

Darmadi juga mengapre­siasi peningkatan kesadaran pelaku Usaha Mikro Kecil dan Me­nengah (UMKM) untuk mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) melalui ­Online Single Submission (OSS). Jika beberapa bulan lalu, pelaku yang memiliki NIB sebanyak dua ­jutaan, kini jumlahnya me­ningkat signifikan hingga mencapai 5,53 juta. “Ini capaian luar biasa dari 2 juta ke 5 juta,” katanya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.