Dark/Light Mode

Soal Komik Superman Biseksual, DPR: Masyarakat Harus Kritis

Kamis, 14 Oktober 2021 18:06 WIB
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Demokrat, Rizki Aulia Natakusumah. (Foto: ist)
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Demokrat, Rizki Aulia Natakusumah. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menanggapi polemik seputar komik DC terbaru yang menampilkan sosok Superman biseksual, Fraksi Partai Demokrat mengajak masyarakat bersikap kritis. 

Menurut Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Demokrat, Rizki Aulia Natakusumah, komik merupakan salah satu media modern yang turut memengaruhi corak budaya dan tingkah laku masyarakat, terutama anak muda.

‘’Maka ketika ada komik luar negeri yang membawa cerita yang bersinggungan dengan norma yang hidup di masyarakat Indonesia, nalar pembaca generasi sekarang harus kritis,’’ kata Rizki, Kamis (14/10).

Anggota DPR dari Dapil Banten I itu juga menyatakan, sudah menjadi rahasia umum bahwa kreativitas DC menciptakan figur-figur pahlawan telah menjadi patokan industri komik populer dunia. Tapi di sisi lain, Indonesia sendiri sebenarnya kaya akan budaya heroik legendaris yang keren untuk menjadi bahan pembuatan komik.

Baca juga : Vaksinasi Masyarakat Adat Baduy Berjalan Sukses

‘’Hanya perlu sedikit polesan dan narasi yang menarik agar komik buatan Indonesia bisa asyik dinikmati seluruh penggemar komik di dunia. Maka ini adalah tantangan bagi kreator komik Indonesia untuk bisa belajar dari DC dalam menciptakan cerita yang diterima pembaca, tanpa mengorbankan riwayat panjang kisah lokal,’’ tambahnya.

Ia juga menegaskan, ada peran pemerintah untuk memberikan ‘haven’ bagi pekerja kreatif, khususnya bagi komikus. Jangan ada restriksi berupa pajak atau lapisan izin birokrasi yang berbelit-belit yang dibebankan ke komikus Indonesia. 

“Jangan sampai jiwa-jiwa seni mereka yang menekuni dunia ini dipenjara dengan restriksi administrasi yang membuat frustrasi,” ujarnya.

Rizki menambahkan, dalam kasus munculnya tokoh fiksi yang memiliki sifat yang tidak sesuai dengan norma lokal, kita harus mempertanyakan kesiapan pembaca Indonesia.

Baca juga : MPR Ajak Masyarakat Turut Kampanye Bijak Bermedia Sosial

‘’Apakah cerita tersebut bisa diterima masyarakat yang sudah memiliki karakter kepercayaan tersendiri? Kami percaya pembaca Indonesia memiliki filter sensorship mandiri tentang objek bacaan yang pantas mereka konsumsi,’’ paparnya.

Bagi Rizki, spektrum kreativitas juga sangat luas sehingga tidak perlu menabrakkan kreativitas dan norma masyarakat.

‘’Mengapa harus menabrakkan kreativitas dan norma masyarakat? Bukankah karakter kreativitas yang fleksibel seharusnya bisa terus tumbuh dalam koridor tata krama serta kesantunan sosial?,’’ ucapnya.

Terakhir, ia mengajak semua pihak untuk melihat isu ini dengan objektif dan proporsional. “Mari kita mengadaptasi pelajaran positif dan mengelola implikasi negatif dari fenomena ini,” ujarnya.

Baca juga : Menpora: PON XX Ajang Pesta Masyarakat Papua

Pemerintah juga harus realistis, jika supply komik tersebut bisa masuk ke Indonesia, maka pasti ada demand yang cukup besar dari pasar di negara ini. 

“Bisa apa pemerintah jika hal ini terjadi? Kejadian ini bisa menjadi momen untuk meninjau kembali sesolid dan serelevan apa sistem sensorship publik di Indonesia sehingga dampak buruk dari komik semacam ini bisa dikendalikan,’’ papar Rizki. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.