Dark/Light Mode

Tantangan Demokrasi Dan Supremasi Akal Sehat

Kamis, 30 Desember 2021 00:14 WIB
Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat dan Mahasiswa Doktoral PSDM Universitas Airlangga. (Foto: Ist)
Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat dan Mahasiswa Doktoral PSDM Universitas Airlangga. (Foto: Ist)

 Sebelumnya 
Namun demikian, potret kelam perjalanan demokrasi Indonesia di tahun 2021 itu masih menyisakan secercah harapan dan optimisme bagi kita para pecinta demokrasi di Tanah Air.

Kami bersyukur, gerakan inkonstitusional itu berhasil ditumpas oleh kesetiaan, jiwa ksatria, dan kebulatan tekad seluruh elemen bangsa, yang termanifestasi ke dalam dua hal dasar. Pertama, besarnya dukungan publik yang mengindikasikan kuatnya sensitivitas dan kesadaran demokrasi masyarakat.

Baca juga : Ini Tantangan Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Super Premium

Dukungan itu mengalir deras dari sahabat-sahabat elit dan kader partai politik lain, elemen masyarakat sipil, akademisi, jurnalis, aktivis, mahasiswa, hingga para pedagang kaki lima, sahabat-sahabat difabel, serta komunitas lintas-agama. Sangat mengharukan dan menakjubkan.

Gelombang dukungan itu kami maknai sebagai indikator masih kuatnya “akal sehat rakyat” yang tanpa lelah menjaga arah demokrasi yang kita perjuangkan selama ini. Fenomena itu seolah mengingatkan kita pada konsep klasik “modal sosial” (social capital) yang dinilai sosiolog Robert Putnam (1967) sebagai faktor terpenting bagi pembangunan demokrasi, khususnya di negara-negara berkembang.

Baca juga : 5 Cara Sederhana Tingkatkan Kebiasaan Gaya Hidup Sehat

Masyarakat diyakini memiliki virtue dan standar nilai yang genuine untuk mengkonseptualisasikan kebenaran dan mengekspresikan sikap politiknya. Jika modal sosial itu kian ditopang dengan kualitas literasi politik yang semakin memadai, maka demokrasi Indonesia akan semakin matang.

Sebaliknya, tanpa modal sosial dan literasi politik yang memadai, demokrasi Indonesia berpotensi dibajak oleh kekuatan predatorik, tak mengenal etika dan berkarakter ‘Machiavelistik’. Jika itu terjadi, maka relasi kuasa oligarki akan semakin mengokohkan hegemoni.

Baca juga : Naik Meja Operasi, Bek Persija Ini Bakal Absen Setahun

Karena itu, spirit kebebasan sipil (civil liberties) yang selama ini dirawat oleh kekuatan simpul-simpul masyarakat sipil (civil society) tidak boleh dibiarkan terfragmentasi, terdiaspora, apalagi dilemahkan di negeri ini. Membiarkan rapuhnya pilar-pilar demokrasi itu sama halnya dengan menggadaikan nasib bangsa di masa mendatang. 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.