Dark/Light Mode

Ingat Nikmatnya Berada Di Pemerintah

Demokrat Bosan Oposisi

Kamis, 29 Desember 2022 07:19 WIB
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief. (Foto: Ist)
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah hampir 10 tahun ada di zona oposisi, Partai Demokrat mulai kangen sama nikmatnya berada di dalam pemerintahan. Mereka menargetkan kembali ke pemerintahan pada 2024. Demokrat sepertinya mulai bosan jadi oposisi ya...

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief memasang target tinggi agar partainya bisa berkuasa lagi. Hal itu terungkap dalam Manifesto Partai Demokrat, terkait arah perjuangan parpolnya ke depan.

"Tahun 2023-2024, perjuangan Demokrat selanjutnya," kata Andi Arief dalam keterangannya kepada wartawan, kemarin,

Panglima pemenangan parpol berlogo mercy ini, mengklaim bahwa saat partainya berkuasa, selalu seiring sejalan antara apa yang dijanjikan dengan apa yang dilakukan. Itu lah kenapa Demokrat kepingin berkuasa lagi.

"Masa lalu Partai Demokrat bukan sekadar kenangan, tetapi kekuatan," sambungnya.

Baca juga : Pertamina Dukung Pemerintah Gunakan CNG untuk Moda Transportasi

Kerinduan berkuasa lagi ini, sebutnya, bukan hanya keinginan elit Demokrat. Melainkan sinyal kuat kerinduan itu juga datang dari masyarakat. 

Menurutnya, publik kangen sama Partai Demokrat dan figur sentralnya, berada di lingkaran kekuasaan. Sehingga, tahun 2023-2024 adalah fase penting untuk menuntaskan kerinduan itu. "Sinyal kuat kerinduan itu akan kembali diwujudkan oleh figur sentral berikutnya AHY," katanya.

Untuk itu, ia menginstruksikan kepada seluruh kader dan pimpinan pusat/daerah/cabang/anak cabang/dan ranting serta orsap (organisasi sayap) dan organisasi sekawan serta bacaleg, untuk menyebarluaskan Manifesto Politik Partai Demokrat melalui media sosial, seperti WhatsApp dan lainnya.

Ia berharap, kontestasi pilpres pada 14 Februari 2024 mendatang bisa menjadi momentum Partai Demokrat kembali berkuasa usai satu dekade menjadi oposisi. "Mohon doa dan dukungan rakyat atas perjuangan Partai Demokrat yang selanjutnya. Tanggal 14 Februari 2024, Partai Demokrat dengan nomor urut 14 akan kembali duduk dalam pemerintahan setelah 10 tahun berkuasa dan 10 tahun menjadi oposisi," pintanya.

Apakah target berkuasa kembali itu realistis bagi Demokrat? Jika menengok elektabilitas partai Demokrat di beberapa survei terakhir, trennya memang menunjukkan peningkatan. Seperti dirilis oleh Charta Politika misalnya. Demokrat terus merangsek naik ke posisi 5 besar dengan elektabilitas 7,7 persen. Atau naik tipis sekitar 0,4 persen dibanding bulan November lalu, yang finish dengan elektabilitas 7,3 persen. 

Baca juga : Amankan Nataru, Pemerintah Jamin Pasokan Energi Wisata

Namun, elektabilitas Demokrat yang satu digit tentu masih tertinggal jauh dengan rivalnya yang lain, seperti PDIP. Sang juara bertahan di bawah komando Megawati Soekarnoputri itu, masih cukup digdaya bertahan di posisi pertama, dengan elektabilitas 23,5 persen. 

Selain partai, figur dari partai yang bakal dijagokan di Pilpres 2024 mendatang juga menjadi indikator mampu atau tidak Demokrat kembali berkuasa. Seperti diketahui, AHY adalah sosok figur sentral yang dijagokan Demokrat saat ini. Namun, namanya tidak ada dalam pertarungan 3 besar elektabilitas tertinggi calon presiden. 

Sebab, hampir di semua lembaga survei posisi 3 besar masih dihuni oleh Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.

Lalu bagaimana peluang AHY di posisi calon RI 2? Dalam perebutan posisi Cawapres, nama AHY cukup diperhitungkan. Temuan Charta Politika teranyar, elektabilitas putra sulung presiden RI keenam itu, keluar sebagai runner-up elektabilitas cawapres tertinggi.

AHY membukukan elektabilitas 10,3 persen. Sementara di urutan pertama dipegang oleh Sandiaga Uno dengan torehan 17,6 persen. Posisi AHY sebagai runner-up, masih rawan dibayang-bayangi oleh Erick Thohir yang hanya terpaut tipis dengan membukukan elektabilitas 8,4 persen dan Khofifah Indar Parawansa 6,1 persen.

Baca juga : Tagihan Listrik Bakal Lebih Akurat Dan Efisien

Apa kata peneliti soal mimpi Demokrat itu? Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menilai Demokrat harus berhitung dengan cermat agar puasa selama 10 tahun ini segera bisa disudahi. Sebab, posisi Demokrat baik dari sisi partai maupun figurnya tidak sedang di atas angin. Sehingga dengan keterbatasan itu, perlu strategi jitu agar target kembali berkuasa tidak meleset.

"Partai Demokrat besar kemungkinan tidak akan beranjak dari Koalisi Perubahan bersama Partai NasDem dan PKS. Meskipun andai nanti AHY tidak dipilih sebagai cawapres Anies," prediksi Bawono, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Ia meyakini, Partai Demokrat dan PKS tidak akan lari dari rencana koalisi meskipun nanti kader mereka tidak menjadi cawapres Anies Baswedan. Bagi Partai Demokrat dan PKS, berada dalam koalisi perubahan merupakan kesempatan terbesar bagi kedua partai politik tersebut untuk nanti masuk di dalam pemerintahan sebagai bagian dari partai berkuasa.

Sementara jika beralih ke koalisi lain, seperti Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Indonesia Raya (KIR), posisi Demokrat hanya akan menjadi anak bawang. "Karena kedua koalisi tersebut telah terbentuk tanpa keterlibatan Partai Demokrat," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.