Dark/Light Mode

Tahun Baru 2019, SBY Nasehati Jokowi & Prabowo

Rabu, 2 Januari 2019 09:48 WIB
Presiden keenam RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berharap Pemilu 2019 berlangsung damai, jujur, dan adil. (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka)
Presiden keenam RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berharap Pemilu 2019 berlangsung damai, jujur, dan adil. (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tahun politik yang dinanti-nanti itu akhirnya datang juga. Pada 17 April 2019 nanti, atau kurang dari empat bulan lagi, hajatan besar Pemilu akan digelar. SBY memprediksi kompetisi akan makin keras. Karena itu, Presiden RI ke-6 ini menasehati Prabowo dan Jokowi agar jangan melampaui batas. 

SBY mengawali tahun 2019 dengan membuat kultwit politik di akun Twitter miliknya, @SBYudhoyono, Selasa (1/1). Cuitannya cukup panjang. Total ada 23 cuitan yang dilepaskan. SBY mengawalinya dengan mengucapkan, "Selamat Tahun Baru 2019. Semoga di tahun 2019, nasib kita dan masa depan Indonesia makin baik". Kata SBY, tahun 2019 juga tahun pemilu. Ia mengajak follower-nya berkontribusi agar pemilu berlangsung damai, jujur dan adil.

Ia memprediksi tahun 2019 akan diwarnai kompetisi yang semakin keras. Terlebih, pemilihan presiden. “Namun, semua ada batasnya. Janganlah melampaui batas. Tak baik untuk rakyat,” tulis SBY.  “Harapan kita, Pak Jokowi, Pak Prabowo dan para elite politik (termasuk saya) bisa memberi contoh atas damai, jujur, adil, dan berkualitasnya pemilu kita,” cuit SBY lagi. 

Baca juga : "Ahok Jangan Bandel"

Setelah itu, Ketum Partai Demokrat itu meminta restu berjuang di Pemilu 2019.  Dalam cuitannya, SBY menjabarkan 14 rumusan hasil safarinya ke berbagai daerah selama dua tahun.  Prioritas pertama, menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Termasuk, untuk milenial dan perempuan, serta membatasi tenaga kerja asing. Kedua, kelola keuangan dan tingkatkan pelayanan BPJS, dengan mengutamakan golongan kurang mampu. Ketiga, berikan subsidi listrik untuk golongan kurang mampu, dan menyediakan secara cukup bahan bakar minyak premium. 

Prioritas selanjutnya, SBY juga bicara soal mempertahankan subsidi pupuk untuk petani, menyetop impor pangan ketika musim panen, meningkatkan gaji pegawai. Termasuk, guru, TNI, Polisi, serta pensiunan agar memiliki daya beli yang baik.  Selebihnya, SBY menyoroti soal dunia usaha seperti melonggarkan pajak termasuk dalam dunia usaha agar bisa tumbuh baik dan dapat meningkatkan upah buruh. Juga membantu dan melindungi UMKM.

SBY juga menyinggung soal pengontrolan plus pembatasan utang pemerintah dan BUMN, serta melanjutkan pembangunan infrastruktur. Termasuk ,infrastruktur pedesaan. "Itulah 14 prioritas yang akan diperjuangkan Partai Demokrat. Agar ke depan, Indonesia kita makin damai, adil, demokratis, dan sejahtera," ucapnya. 

Baca juga : Kepada Media, Jokowi Bersahabat Prabowo Musuhan

November 2018, SBY juga menasehati Jokowi dan Prabowo agar tak menggunakan politik identitas atau SARA untuk memenangkan pemilu. Pasalnya, politik identitas membawa bangsa pada petaka besar. Nasehat itu disampaikan karena menurut SBY, perkembangan politik terkini mengalami perubahan drastis. Lebih kental dengan nuansa SARA dan politik identitas. 

Politik identitas atau SARA selalu menyertai politik di mana pun. Namun, kalau terlalu ekstrem, bisa bahaya. Karena itu, ia mengajak komponen bangsa, elite politik, serta seluruh pimpinan partai politik bersama-sama mencegah terjadinya politik identitas dan benturan ideologi. "Jangan sampai menjadi ekstrim. Lihat apa yang terjadi di banyak negara di dunia saat ini, bukan hanya di Timur Tengah. Tapi juga di negara-negara lain, yang mengalami malapetaka besar karena politik identitas," ungkapnya.

Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Ali Munhanif mengatakan, sepanjang pengamatannya di kampanye 2018, kedua kubu capres masih banyak menggunakan politik identitas. Menurut Ali, penggunaan politik identitas antara lain disebabkan oleh stagnannya elektabilitas masing-masing capres hingga akhir tahun lalu. Jokowi-Ma’ruf di kisaran 55 persen. Sedangkan Prabowo-Sandi di kisaran 45 persen. Tak ada perubahan siginifikan. “Itulah yang memicu kedua kubu menggunakan politik identitas sebagai cara mendongkrak popularitas serta menjatuhkan lawan," kata Ali, Selasa (1/1).

Baca juga : Survei Capres Jokowi & Prabowo Jalan Di Tempat

Dijelaskan, kondisi ini membuktikan kedua kubu belum menemukan formula kemenangan. Padahal, jika ditelaah lebih dalam, penggunaan politik identitas tidak memberikan efek dalam meningkatkan elektabilitas. “Malah akan menimbulkan perseteruan yang lebih kejam di antara kedua pendukung," katanya. [BCG]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.