Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Koko Apa Jas, Mana Yang Pas?
Cebong Dan Kampret Ributin Baju Capres
Kamis, 28 Maret 2019 10:27 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Tiga hari jelang adu isi otak capres, cebong (pendukung 01) dan kampret (pendukung 02) meributkan baju capres masing-masing. Apakah baju koko putih-putih atau jas hitam yang paling pas dan layak memimpin negeri ini? Mereka saling serang, saling ledek dan saling adu argumen.
Ribut-ribut soal ini mulai menghangat ketika kampanye terbuka dimulai akhir pekan lalu. Dimulai ketika Jokowi mengajak para pendukungnya untuk menggunakan baju putih saat pergi ke TPS tanggal 17 April nanti. Capres nomor urut 01 itu juga mengajak pendukungnya memilih capres yang mengenakan baju putih.
Baca juga : MUI Ditantang Haramkan Panggil Cebong dan Kampret
Tak hanya itu, Jokowi secara tak langsung menyindir pakaian yang dipilih rivalnya, Prabowo-Sandi. Dalam kertas suara, Prabowo-Sandi memang mengenakan stelan jas dengan dasi merah dan peci hitam. Ada pun Jokowi-Ma’ruf dalam kertas suara mengenakan baju koko warna putih dengan peci hitam.Tak hanya sekali dua kali Jokowi menyampaikan soal baju itu.
Hampir dalam setiap kampanye terbuka, seruan itu terus disampaikan. Dimulai saat kampanye di Banten akhir pekan lalu. Hingga pada Selasa lalu saat berkampanye di Dumai, Riau. Berulang kali Jokowi menyampaikan “coblos yang bajunya putih”, “kita adalah putih” dan “putih adalah kita”.
Baca juga : Jokowi Disambut Ribuan Pengusaha
Saat berkampanye di Dumai, Jokowi mengungkap alasannya mengenakan pakaian putih-putih. Kata dia, baju putih itu melambangkan kesederhanaan. Lagi pula harganya tak mahal. Berbeda dengan setelan jas. “Jas itu pakaian (orang Eropa, Amerika. Orang Indonesia cukup pakai baju putih seperti yang saya pakai," kata Jokowi. Tak hanya lewat omongan, Jokowi juga menyerukan ajakan berbaju putih ke TPS dalam sebuah tulisan.
“Jangan lupa pilih yang bajunya putih. Karena putih adalah kita. Kita semua ke TPS berbondong-bondong berbaju putih,” tulis Jokowi dalam secarik kertas putih lengkap dengan tanda tangan dan nama jelasnya.
Baca juga : Pedagang Pasar Saweran Danai Kampanye Jokowi
Imbauan itu lalu viral di media sosial dan langsung menuai pro dan kontra. Sebagian menilai positif, tapi tak sedikit yang berkomentar negatif. Salah satu orang yang melontarkan ketidaksetujuannya adalah Muhammad Said Didu. Bekas Sekretaris Kementerian BUMN itu menilai, ajakan tersebut tidak tepat. Karena dinilai berlawanan dengan asas pemilu rahasia. “Karena rahasia tidak boleh ada simbol-simbol apapun di TPS, kok ini malah bapak suruh rakyat menggunakan simbol. Mohon bapak jangan jadi pembunuh demokrasi," kicau @saididu.
Sosiolog Tamrin Tamagola juga khawatir dengan ajakan tersebut. Dia menilai, imbauan itu berpotensi memecah-belah dan menghadap-hadapkan pemilih berbaju-putih dgn pemilih berbaju non-putih. “Sadarkah bahwa polarisasi hitam-putih berujung konflik-kekerasan?,” kicaunya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya