Dark/Light Mode

Parpol, Capres-Cawapres Dan Caleg Kudu Waspada

Hoaks Pemilu Paling Banyak Bentuk Video

Senin, 30 Oktober 2023 06:45 WIB
Public Policy and Government Relations TikTok Indonesia Faris Mufid (kiri), Outreach and Partnerships, Trust and Safety, TikTok Indonesia Anbar Jayadi (dua kiri), Peneliti Perludem Amalia Salabi (tiga kiri), Ketua Komite Media Sosial Mafindo Silma Agbas dalam Media Brunch yang digelar di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (16/10/2023). (ANTARA/HO-Tiktok Indonesia)
Public Policy and Government Relations TikTok Indonesia Faris Mufid (kiri), Outreach and Partnerships, Trust and Safety, TikTok Indonesia Anbar Jayadi (dua kiri), Peneliti Perludem Amalia Salabi (tiga kiri), Ketua Komite Media Sosial Mafindo Silma Agbas dalam Media Brunch yang digelar di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (16/10/2023). (ANTARA/HO-Tiktok Indonesia)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hoaks pemilu makin merajalela. Peserta Pemilu 2024, baik parpol, capres-cawapres maupun calon legislatif (caleg) perlu memerangi hoaks maupun ujaran kebencian yang beredar di tengah masyarakat.

Peneliti Perkumpulan un­tuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Amalia Salabi me­ngatakan, peran peserta pemilu dalam memerangi hoaks dan ujaran kebencian, belum terlihat. Padahal, saat ini hoaks seputar politik sudah makin marak.

“Peran mereka belum terlihat, tetapi setiap pasangan calon dalam kampanye-kampanye mengajak untuk berkampanye dengan bersih,” ujarnya, Minggu (29/10/2023).

Baca juga : Semoga KPU Jadi Wasit Kompetisi Yang Sehat

Menurutnya, setiap pasangan calon presiden dalam kampany­enya perlu mengajak masyarakat dan konstituennya untuk berkam­panye dengan bersih. Yakni tidak menyebar hoaks dan ujaran ke­bencian berbasis identitas.

“Hoaks dan ujaran kebencian menjelang Pemilu 2024 telah banyak merajalela di media sosial,” katanya.

Amalia mengatakan, berdasar­kan analisa Perludem, telah dite­mukan 420 hoaks dalam plat­form TikTok dan Snack Video.

Baca juga : Soal Komposisi Capres-Cawapres, Sultan Najamudin Harap Indonesiasentris

Dia menjelaskan, data tersebut diperoleh dari Mafindo dan hasil pemantauan Perludem sendiri. Sebanyak 83,13 persen dari hasil analisis tersebut adalah hoaks seputar kontestasi pilpres.

Mayoritas hoaksnya, kata Amalia, berbentuk video dengan persentase 76,6 persen. Dan 16,2 persennya adalah hoaks yang mengambil atau mengedit tangkapan layar berita dari suatu media dengan judul yang diubah sesuka hati.

“Hoaks seperti ini paling banyak ditemukan di YouTube dengan persentase 41,9 persen. Disusul dengan platform digi­tal lainnya, seperti Facebook, Twitter, TikTok hingga Snack Video,” tambah Amalia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.