Dark/Light Mode

Survei Veracity: Ada Jokowi Effect, Pemilu Berpeluang Satu Putaran

Jumat, 9 Februari 2024 18:37 WIB
Foto: Ist
Foto: Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Veracity, lembaga riset terdepan di Indonesia merilis hasil survei terbaru yang berjudul "Mungkinkah Pilpres Indonesia Satu Putaran?" yang diselenggarakan, Kamis (8/2/2024), pukul 16.00.

Acara ini menampilkan pembicara Direktur Veracity Muhammad Akram dan Pengamat Politik Rocky Gerung yang akan mendiskusikan dinamika terkini dalam kontestasi Pilpres Indonesia.

“Hasil survei menunjukkan bahwa pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka saat ini memimpin dengan elektabilitas sebesar 44 persen yang menandakan peluang signifikan untuk memenangkan pilpres dalam satu putaran masih berat,” ujar Akram.

Sementara itu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mengikuti di posisi kedua dengan elektabilitas sebesar 27 persen.

Sedangkan Ganjar Pranowo-Mahfud MD menempati posisi ketiga dengan elektabilitas 20 persen.

Survei juga menunjukkan capres yang paling tidak ingin dipilih. Tingkat penolakan terhadap Anies Baswedan tertinggi di angka 18 persen.

Sementara penolakan terhadap Ganjar Pranowo sebesar 13 persen dan terhadap Prabowo Subianto 6 persen. Sisanya mengatakan tidak tahu atau terbuka untuk capres manapun.

Sejumlah kecil responden 3 persen mengungkapkan ketidaktahuan mereka terhadap pilihan kandidat yang akan dipilih, meningkat 2 poin persentase dari survei sebelumnya.

Baca juga : Elektabilitas Gerindra 22,5 Persen, PSI Melenggang ke Parlemen

Sebanyak 2 persen responden masih belum memutuskan. 'Jokowi's effect' juga tertangkap di survei ini.

Kemudian, sebanyak 19 persen responden menyatakan pasti akan mengikuti arahan atau pilihan politik Presiden Jokowi. 

Dari 19 persen tersebut, 85 persen sudah condong memilih pasangan Prabowo-Gibran, sementara 11 persen masih mendukung Ganjar-Mahfud, dan 3 persen di pasangan Anies-Muhaimin.

“Angka 19 persen itu setara dengan 38 juta pemilih di Indonesia. Dari jumlah itu, masih ada sekitar 5,7 juta orang yang belum memilih Pak Prabowo. Mungkin mereka belum tahu, bahwa Pak Jokowi mendukung Prabowo-Gibran. Ini tentu potensi yang masih bisa dimaksimalkan,” kata Akram.

Menurut Akram, meski Jokowi berhasil menarik suara dari pasangan AMIN 2 persen dan GaMa 11 persen atau setara dengan 5,7 juta suara, tetap belum bisa mengangkat pasangan Prabowo-Gibran menang satu putaran.

Namun masih ada cara lain. Sebab, masih ada 13 persen dari total pemilih yang akan mempertimbangkan perkataan Presiden Jokowi.

Jika 13 persen ini dimaksimalkan sehingga dapat meraih 85 persen saja, maka ada potensi penambahan 22 juta suara.

Artinya, Jokowi harus bisa meraup 22 juta suara itu melalui endorsement-nya secara langsung. Sehingga total tambahan suaranya menjadi 5,7 juta suara ditambah 22 juta suara, menjadi 27,7 juta suara.

Baca juga : Survei Prabowo-Gibran Tembus 50 Persen, Kaesang Optimistis Pilpres Satu Putaran

“Dengan angka ini maka jumlahnya menjadi 50 persen lebih. Itu artinya peluang Prabowo 1 putaran terbuka luas,” papar Akram.

Hal senada diungkapkan Pengamat Politik Rocky Gerung yang menilai peran Jokowi cukup membantu pasangan Prabowo-Gibran.

“Jokowi diuntungkan bahwa dia sudah menanamkan semacam pembuktian material melalui infrastruktur dan bantuan-bantuan sosial,” ujar Rocky.

Ia juga menambahkan, janji dapat memulihkan harapan-harapan yang hampir berakhir.

“Orang yang hampir berakhir harapannya, tentu bisa dipulihkan dengan menambahkan janji,” tambahnya.

Dari temuan Focus Group Discussion (FGD), terungkap bahwa ketegasan Prabowo menjadi faktor utama keunggulannya.

Masyarakat berharap dengan ketegasan dan posisi independen dari keterikatan partai, Prabowo dapat bertindak lebih tegas terhadap mafia, koruptor, dan penimbun.

Survei ini juga mendalami berbagai permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Isu utama adalah korupsi 55 persen atau penyalahgunaan wewenang dalam berbagai bentuk.

Baca juga : Survei IDM: Prabowo-Gibran 57,1 Persen, Masyarakat Ingin Pilpres Satu Putaran

Mulai dari penyaluran bantuan sosial di tingkat RW yang salah sasaran, sampai fasilitas mewah untuk koruptor di penjara.

Isu kenaikan harga menempati peringkat kedua 46 persen yang dipersepsikan terjadi karena maraknya mafia dan penimbun.

Peringkat ketiga ditempati isu kurangnya lapangan kerja 30 persen. Masyarakat menilai terjadi banyak diskriminasi berdasarkan umur dan penampilan dalam rekrutmen tenaga kerja.

Saat ditanya siapa calon presiden yang dianggap paling mampu menurunkan harga dan menciptakan lapangan kerja, ternyata sebagian besar responden memilih Prabowo 47 persen.

“Artinya, terbuka peluang besar bagi Pak Prabowo untuk mendapat tambahan suara dengan cara mengangkat isu-isu ekonomi secara lebih eksplisit, karena masalah perut inilah yang sehari-hari dirasakan oleh masyarakat,” terang Akram.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.