Dark/Light Mode

Jika Kadernya Tak Kunjung Satu Suara

Jago PDIP di Solo Bisa Babak Belur

Senin, 29 Juni 2020 05:22 WIB
Gibran Rakabuming Raka (kanan) atau Achmad Purnono (Foto: Istimewa)
Gibran Rakabuming Raka (kanan) atau Achmad Purnono (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - PDIP Solo tak kunjung satu suara soal siapa jago yang akan mereka usung di Pilkada nanti. Gibran Rakabuming Raka atau Achmad Purnono. Kalau ini terus terjadi, jagoan Banteng bisa dibuat babak belur kandidat lain.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin kepada Rakyat Merdeka, kemarin. Menurut Ujang, desakan sejumlah kader PDIP Solo agar Gibran saja yang dimajukan menunjukkan kelemahan di internal PDIP. “Ini bakal jadi kelemahan terbesar PDIP di kandang banteng. Keretakan sudah terlihat dari dinamika politik internalnya,” kata Ujang.  

Keretakan itu, kata Ujang, pastinya akan dimanfaatkan calon lainnya untuk menumbangkan dominasi PDIP di Solo. “Ini bukan masalah pencalonan Gibran dan Purnomo, tapi nama besar PDIP di Solo jadi taruhannya,” jelas pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini.

Baca juga : Pilkada Kota Medan, Demokrat Tak Ingin Jagokan Calon Yang Coba-coba

Ujang menilai, aksi saling desak dan saling klaim tentu menjadikan kader PDIP di akar rumput jadi buyar. “Bahaya kalau dibiarkan. DPP PDIP perlu memperhatikan. Perlu memanggil keduanya demi soliditas PDIP. Ini bisa berdampak pada Pemilu 2024,” tegasnya.

Ujang meyakini, ketika PDIP memanggil keduanya dan membuat kesepakatan agar PDIP tetap utuh. PDIP di Solo masih menjadi penguasa. “Kalau PDIP ‘main kayu’ menetapkan calon, tanpa memanggil dan membuat kesepakatan dengan keduanya, ini akan jadi bahaya. Suara akar rumput akan terpecah,” tuturnya.

Sebelumnya, sejumlah kader PDIP Solo mengusulkan kepada DPP PDIP untuk merekomendasikan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Wali Kota Solo 2020. Mereka terdiri dari pengurus struktural PDIP, kader senior mantan pengurus PDIP Solo, pengurus departemen, pengurus anak cabang, pengurus ranting, pengurus anak ranting PDIP dan mantan anggota Fraksi DPRD Solo. “Kami menilai ada dinamika dan etika politik tidak sehat dalam pencalonan petahana Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa,” kata Wakil Ketua I PDIP Kecamatan Banjarsari, Ariyanto Rinto Suryono dalam konferensi pers pernyataan sikap di Solo.

Baca juga : Hari Ini, Biden Kunjungi Keluarga George Floyd di Houston

Ariyanto beralasan, para kader PDIP Solo mengusulkan Gibran karena melihat sikap dan etika politik Achmad Purnomo yang sudah resmi mengundurkan diri sebagai calon wali kota. Tapi kemudian pengunduran diri ini ditolak PDIP Solo. Karenanya, mereka meminta DPP PDIP untuk mengklarifikasi pernyataan resmi mundurnya Achmad Purnomo sebagai balon Wali Kota Solo yang telah diusulkan PDIP Solo. Hal ini agar tidak terjadi persepsi di masyarakat luas, seorang yang telah mempermainkan PDIP pada proses pencalonan Pilkada 2020. “Kami tidak suka etika politik seperti ini. Seyogyanya DPC PDIP Solo tidak memaksakan kehendaknya untuk tetap mencalonkan Achmad Purnomo,” ungkapnya.

Sementara, Achmad Purnomo mengaku tak akan terpengaruh hasil survei yang memenangkan Gibran di Pilkada Solo 2020. “Saya secara bulat sudah dicalonkan PDIP Solo. Ada calon lain dengan polling lain, ya silakan saja maju. Tidak mempengaruhi saya sama sekali,” ujar Purnomo, di The Sunan Hotel Solo, Rabu (24/6).

Achmad Purnomo mengaku tak akan mengubah strategi atau melakukan langkah apa pun untuk menaikkan elektabilitas. Termasuk menambah volume kegiatan sosial ke masyarakat. “Sama sekali nggak akan mempengaruhi. Karena apa, menunggu rekomendasi dulu. Nanti kalau rekomendasi turun, baru kita mengatur strategi. Entah kepada saya, entah kepada lain, silakan,” sebutnya.

Baca juga : Prinsip Satu Negara 2 Sistem Bisa Ambyar

Wakil Wali Kota Solo itu membantah, jika selama ini dirinya jarang melakukan kegiatan sosial seperti dilakukan putra sulung Presiden Jokowi itu. Berbeda dengan Gibran yang selalu terpantau kegiatannya. Apa yang dilakukannya selama ini tidak pernah diumumkan. Apalagi diberitakan media.

“Saya membagikan ribuan sembako ya nggak ada yang datang. Beda dengan calon lain, minum kopi saja diberitakan. Saya tidak pernah diamati media. Bahkan justru saya mengundurkan diri karena kita konsentrasi kegiatan Covid-19. Jangan ke politik saja, ke pilkada, saya nggak suka. Itu kegiatan saya kenapa itu nggak disorot, kegiatan saya didukung media, nggak pernah sama sekali,” tutupnya. [EDY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.