Dark/Light Mode

Ahli Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman

Waspada BA.4 & BA.5, Cakupan Dosis 3 Minimal 50 Persen, Kelompok Rentan 70 Persen

Minggu, 12 Juni 2022 11:02 WIB
Ahli Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman (Foto: Instagram)
Ahli Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Omicron BA.4 dan BA.5 yang banyak memicu lonjakan kasus Covid di banyak negara Eropa, Amerika Serikat, dan sebagian Asia kini telah tiba di Indonesia. Muncul kekhawatiran, kedua subvarian ini akan memicu lonjakan kasus. Apalagi, meski masih terkendali, tren kenaikan kasus juga mulai terlihat. Benarkah begitu? Apa yang harus kita lakukan di tengah situasi ini?

Simak penjelasan Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman kepada wartawan RM.id, Khoirul Umam. 

Ada dua kabar terbaru terkait situasi Covid di Tanah Air. Pertama, ditemukannya subvarian BA.4 dan BA.5. Kedua, muncul tren kenaikan kasus Covid. Bagaimana Anda melihat situasi ini?

Sekali lagi selalu saya sampaikan, bahwa situasi global, apalagi di negara-negara kawasan tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Australia yang sangat dekat dengan kita, akan sangat berpengaruh pada situasi Indonesia. Pandemi ya seperti itu.

Kita nggak mungkin menutup diri, mencegah masuknya satu wabah, dengan mengandalkan blokade.

Baca juga : Jangan Nunggu Peningkatan Kasus, Sudah Telat Kalau Begitu..

Sejarah wabah dan sains membuktikan, yang bisa melindungi suatu negara dari potensi lonjakan atau perburukan akibat adanya varian/subvarian baru yang memiliki kemampuan memperburuk situasi, adalah kekuatan sistem kesehatan.

Yang bisa meredam, hanya ketahanan kesehatan nasional negara itu sendiri.

Bagaimana ketahanan kesehatan nasional bisa meredam situasi ini?

Tentunya, dengan cara kemampuan deteksi, surveilans. Bukan hanya surveilans dalam arti konvensional, tetapi juga genomik.

Tak kalah penting, adalah modal imunitas. Dalam arti, untuk Omicron dan subvarian-nya, harus merujuk pada 3 dosis vaksin. Ini rawan buat kita.

Baca juga : Ironi, Kasus Positif Turun, Kematian Tinggi

Jadi, menghindari kemunculan varian atau subvarian baru itu sulit ya?

Begini. Ketika negara-negara Eropa mulai mendeteksi BA.4 dan BA.5 beberapa waktu lalu, dan kemudian dilaporkan juga oleh Singapura, sebetulnya itu hanya perkara waktu saja terdeteksi di Indonesia.

Karena dengan globalisasi seperti sekarang ini, dengan interaksi dan pelonggaran secara global, sulit bagi kita untuk menghindari masuknya satu varian atau subvarian baru.

Bahkan, ketika satu varian atau subvarian baru itu ditemukan di negara tetangga seperti Singapura, potensi di Indonesia sudah jelas besar.

Karena, ketika satu kasus itu ditemukan, peristiwa yang berpotensi menyebarkannya -kalau kita bicara Omicron dan sebagainya - terjadi seminggu lalu.

Baca juga : Potensi Ledakan Tinggi, Wilayah Luar Jawa Bali Butuh Respon Cepat

Apalagi, kalau itu bukan kasus pertama atau kedua. Sebab, Covid ini kan didominasi oleh penularan yang tidak bergejala.

Apakah ini bisa mendongkrak kenaikan kasus di Indonesia?

Jelas. Itu sudah terbukti di banyak negara. Seperti Taiwan, Chian, Jepang dan sebagainya.

Sulit bagi kita untuk menghindari kasus infeksi. Mengingat subvarian BA.4 dan BA.5 ini mampu menginfeksi orang yang sudah divaksinasi (breakthrough infection). Mayoritas tak bergejala, ketika proteksinya sudah memadai. Kalau sudah 3 dosis.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.