Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Stop Politik Biaya Tinggi

Selasa, 14 Desember 2021 06:45 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua KPK Firli Bahuri benar. Bahkan benar sekali. Salah satu pangkal korupsi di Indonesia karena biaya politik yang sangat tinggi. Ratusan kepala daerah ditangkap. Para wakil rakyat tak kalah banyaknya. Karena korupsi. Salah satu motifnya, ingin mengembalikan modal.

Sebenarnya ini isu lama. Tahun 2013 misalnya, Pramono Anung, dalam disertasi doktoralnya membongkar politik biaya tinggi ini.

Baca juga : Iklim Dan Anjing Tetangga

Dia meneliti rekannya sendiri, anggota DPR Pemilu 2019. Hasilnya, untuk menjadi anggota legislatif biayanya bahkan sampai miliran rupiah. Yang paling besar mengeluarkan biaya, pengusaha. Atau, tokoh yang kurang popular.

Sebelum Pramono, banyak penelitian mengenai politik biaya tinggi ini. Untuk kepala daerah misalnya, dikenal istilah “biaya perahu” atau “uang tiket”. Ini semacam uang sewa partai supaya dapat restu atau dukungan.

Baca juga : Bulutangkis Dan Bendera

Sudah banyak diberitakan, untuk “menyewa kendaraan atau perahu”, seorang calon bupati atau walikota diperkirakan harus menyiapkan Rp 30 miliar hingga Rp 60 miliar.

Sedangkan bakal calon gubernur harus punya Rp 100 miliar hingga Rp 300 miliar. Tergantung provinsinya. Untuk yang di atasnya, tentu tidak terbayangkan besarannya.

Baca juga : Tuntaskan Kasus Dan Akarnya

Inilah yang jadi biang keladinya. Tidak salah kalau anggota DPR dari Fraksi PAN menyebut bahwa kondisi ini dimanfaatkan oleh oligarki untuk mensponsori figur yang ingin maju dalam pemilihan.

Setelah sosok pemimpin yang dibiayainya terpilih, maka kepentingan para oligarki tentu harus diakomodir. Akibatnya, pemimpin tersebut tersandera kepentingan pihak lain yang mendorong terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.