Dark/Light Mode

Bukan Mencari Juara Balap Karung

Kamis, 25 Mei 2023 06:04 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Saling sindir dan serang mulai memanas di antara kubu kandidat calon presiden. Ada yang substantif, ada yang personal. Kalau materi serangnya mengenai hal-hal substantif, oke. Bagus. Memang itulah yang dibutuhkan rakyat.

Saling serang dan mengungkap data mengenai pembangunan jalan misalnya; jalan tol, jalan provinsi, dan sebagainya, cukup substantif.

Dalam polemik ini, masing-masing era pemerintahan mengklaim sebagai yang terbaik dan terpanjang membangun jalan. Semuanya mengaku memihak rakyat. Data-data juga disuguhkan oleh masing-masing kubu. Ini menarik.

Namun, terkadang, para tim sukses tahu, sebagian rakyat juga butuh yang bernuansa infotainment. Bukan yang berat-berat. Bukan diagram atau tabel yang rumit.

Baca juga : Politik Dan Telur Adnan

Tidak sedikit juga yang menjajakan keberhasilan serta menjual ketakutan dan kampanye negatif.

Dampaknya, rakyat bukan memilih pemimpin, tapi membeli apa yang dijajakan tim sukses. Siapa yang paling kreatif, sangat mungkin, itulah pemenangnya. Siapa yang hoaksnya menyerupai kebenaran, itulah pemenangnya.

Karena itu, tapat sekali ketika Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hasyim Asyari mengingatkan: Awas hoaks. Karena, seringkali, kata Hasyim, konsultan pemilu menawarkan “paket hoaks” dalam proposalnya.

“Kalau pakai hoaks, biaya paketnya sekian, kalau nggak pakai hoaks biayanya bisa berkurang,” ungkap Hasyim dalam Seminar di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Selasa (23/5).

Baca juga : Ironi Pahit 25 Tahun

Kualitas politik dan demokrasi Indonesia mestinya dibangun ke arah yang lebih baik dan beradab. Ini memang butuh perjuangan dan kesadaran semua pihak.

Juga perlu diingat bahwa pertarungan tidak berakhir di pengumuman pemenang. Ini perlu diingatkan, karena, para pemilih seringkali sudah puas ketika tetangganya, yang menjadi lawan debatnya, berhasil ditaklukkan dan dipermalukan.

Kalau itu yang terjadi, pemilu menjadi semacam lomba balap karung tingkat RT. Bukan mencari pemimpin penunjuk jalan bagi bangsa selama lima tahun ke depan.

Kemenangan justru awal. Karena, setelah pidato kemenangan, presiden harus bekerja keras menentukan prioritas, memilih menteri serta pejabat-pejabat tinggi terbaik, serta menjaga diri dari segala macam godaan.

Baca juga : Rebut Hati Rakyat Di Tahun Politik

Setelah pidato kemenangan dan pesta berakhir, justru para pemilih harus me-reset cara pandangnya. Mulai dari nol lagi. Tidak lagi sekadar melihat figurnya, tapi program dan kinerjanya.

Di sinilah perlunya menyeting ulang perspektif. Karena, capres yang sudah resmi menjadi presiden tersebut, tidak selamanya benar atau selamanya salah. Salah ya salah, benar ya benar.

Kalau salah dikritik, kalau benar dipuji dan didukung. Penilaiannya berbasis program dan kinerja. Bukan kecintaan dan kebencian terhadap figur semata.

Karena, kecintaan dan kebencian seringkali ditentukan oleh hoaks, disinformasi serta kelihaian memoles kandidat saat kampanye.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.