Dark/Light Mode
- Turun Rp 11.000, Harga Emas Dibanderol Rp 1.343.000 Per Gram
- Akhir Pekan, Rupiah Melemah Ke Rp 15.985 Per Dolar AS
- Indra Karya Jempolin Manfaat Bendungan Multifungsi Ameroro Di Sulteng
- Pertamina EP Pertahankan Kinerja Positif Keuangan Tahun Buku 2023
- PGN Saka Kantongi Perpanjangan Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas
RM.id Rakyat Merdeka - Kondisi udara di Jabodetabek sedang sangat buruk. Tidak sehat. Kondisinya pekat dan penuh polutan yang membahayakan kesehatan. Kondisi ini jelas bukan masalah sepele, karena bisa mempercepat kematian.
Kondisinya buruknya udara ini bisa kita lihat secara kasat mata. Tanpa bantuan alat pun sudah ketahuan. Caranya, lihatkan kondisi Jakarta dan sekitarnya pada pagi hari. Saat itu akan terlihat, Jabodetabek dipenuhi “kabut”, yang warnanya kecoklat-coklatan.
Sudah beberapa pekan terakhir, data Air Quality Index (AQI) memperlihatkan, kondisi udara Jakarta berada di level tidak sehat. Bukan hanya terjadi pada hari-hari kerja, di weekend pun udara di Jakarta tidak sehat.
Baca juga : KPK Fokuskan Pencarian Harun Masiku Di Dalam Negeri
Berdasarkan analisis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), biang kerok utama polusi ini adalah emisi transportasi yang sangat tinggi. Komposisinya mencapai 44 persen. Hal ini tidak mengherankan, sebab jumlah kendaraan di Jakarta dan sekitarnya terus meningkat.
Berdasarkan catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil sepanjang 2022 tembus 1.048.000 juta unit. Angka ini naik 18 persen dibanding 2021. Sebagian besar mobil-mobil tersebut dibeli masyarakat Jabodetabek. Penjualan sepeda motor lebih banyak lagi. Sepanjang 2022, penjualan sepeda tembus 5.221.470 unit atau mengalami kenaikan hingga 3,2 dibanding 2021. Bisa dibayangkan, sudah betapa padatnya jalanan dengan penambahan jumlah kendaraan ini.
Kondisi ini jelas harus segera diatasi. Sebab, polusi udara ini sangat membahayakan. Bukan sekadar mengganggu kesehatan pernapasan, polusi udara bahkan bisa mempercepat kematian.
Baca juga : KPK Resmi Nyatakan Kasasi Vonis Bebas Gazalba Saleh
Dalam perhitungan yang dilakukan Greenpeace Indonesia, pada 2020, polusi udara dari Particulate Matter (PM2.5), partikel yang berukuran lebih kecil atau sama dengan 2,5 mikrometer, meningkatkan risiko kematian dini 13 ribu orang. Ini bukan jumlah yang kecil. Dengan polusi udara saat ini, yang disebut banyak pihak lebih parah, bisa jadi potensi kematian dini juga lebih besar.
Salah satu cara yang ampuh mengatasi polusi udara ini adalah membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Hal ini sudah terbukti saat pandemi melanda. Saat itu, udara di Jakarta dan sekitarnya lebih segar. Langit biru pun terlihat dengan jelas.
Untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi ini, diperlukan infrastruktur yang baik dan cukup, aturan yang tegas, serta kesadaran dan partisipasi semua pihak. Untuk infrastruktur, saat ini pemerintah sudah membangun berbagai moda transportasi massal. Ada KA Commuter Line, MRT, Bus TransJakarta, dan yang terbaru LRT. Kapasitas-kapasitas transportasi massal ini harus terus ditingkatkan.
Baca juga : Putri Pinkan Mambo Dilecehkan Ayah Tiri
Untuk aturan, perlu dipertegaskan lagi. Pembatasan-pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dengan kriteria tertentu perlu dilakukan. Agar jalanan di Jakarta tidak berubah menjadi “parkiran”, yang penuh dan macet.
Sedangkan untuk kesadaran masyarakat, saat ini sebenarnya sudah meningkat. Hal itu bisa dilihat dari semakin tumbuhnya jumlah pengguna transportasi umum dan pengguna sepeda. Namun, jumlahnya masih bisa dominan. Masih kalah jauh dengan pengguna kendaraan pribadi. Untuk itu, perlu dipupuk dengan kampanye-kampanye penggunaan kendaraan umum.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.