Dark/Light Mode

Kebebasan Jangan Kebablasan

Senin, 30 September 2019 06:29 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Reformasi yang bergulir sejak 1998 telah mengubah atmosfir ruang-ruang publik. Dari semula kedap kritik apalagi demonstrasi, menjadi ruang raksasa, leluasa, dan bebas berekspresi.

Saking bebasnya terperangkap ke ruang euphoria. Tak heran dalam dinamikanya muncul lagi pasal/peraturan karet untuk membatasi kebebasan agar tidak kebablasan.

Cukup lama bangsa ini merayakan kebebasan bersuara tentang apa saja. Kekuasaan yang semula kebal kritik, telah menjadi sasaran utama dan empuk kritikan bahkan makian.

Setiap hari. Dari segenap penjuru. Namun kekuasaan tak punya kuasa untuk dengan mudah membungkam sampai akhirnya para penikmat kebebasan ini membuat batasan-batasan.

Baca juga : Demo Bayaran

Usulan pembatasan itu datang sebagian dari wakil rakyat. Usulan yang sebagian telah membuat kebebasan jadi ribet. Jadi penyesalan. Ada kerinduan kepada suatu masa di saat kebebasan tak sedikit pun ada pembatas.

Di tahun politik, kebebasan itu telah jadi “komoditi politik” para crew kontestan Pilpres. Kritikan lalu dijadikann materi hukum untuk menjeratkan pasal ujaran kebencian.

Pelapor tentu merupakan kacung, pemeran dirty hand Paslon tertentu. Sangat merusak atmosfir kebebasan. Namun kita bisa melihat, yang bersangkutan telah menjadi politisi karbitan, ‘carmuk’ (cari muka) di level paling menjijikkan.

Keadaan tambah kisruh dengan munculnya aparatur yang carmuk, lalu jadi lebay. Mereka gunakan momentum orang-orang yang sedang menumpahkan protes dan kritikan untuk exercise kekuasaan.

Baca juga : Menyoal Fee

Ditangkapinya, diperiksanya, lalu dirusak reputasinya. Memang tidak sengaja merusak tapi di zaman hoaks ini, informasi sering diplintir sedemikian rupa.

Ujungnya seringkali tidak jelas. Oleh karenanya wajar bila berkembang persepsi penegakan hukum tebang pilih.

Istilah kerennya, "hukum di republik ini tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.’ Bahkan ada yang memperdalam tafsir, ‘hukum cuma tajam ke penantang tapi tumpul ke petahana.’

Hukum dianggap jadi instrumen petahana mempertahankan status quo. Waktu terasa lama menuju pelantikan Pemerintah baru. Ingin segera berlalu saja. Agar anak-anak bangsa ini tidak lagi terpolarisasi ke dalam perdebatan politik.

Baca juga : Menolak Tawaran Menteri

Ingin dan harus segera bersatu. Menyatu untuk Indonesia maju. Itulah tujuan bersama yang harus sama-sama kita tuju. Ayo semangat saudara-saudaraku, untuk kehidupan yang lebih bermutu.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.