Dark/Light Mode

271 T Dan Dewi Yang Tertukar

Selasa, 2 April 2024 06:15 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Ini Indonesia banget: malas baca tapi sangat cerewet di media sosial. Kasus tertukarnya Sandra Dewi dan Dewi Sandra menjadi bukti yang sangat memprihatinkan.

Tertukarnya nama dua artis ini menjadi sisi lain dari heboh kasus korupsi timah Rp 271 triliun di Bangka Belitung. Sandra Dewi, artis terkenal, adalah istri dari salah seorang tersangka kasus 271 triliun, Harvey Moeis.

Saking geram dan bersemangatnya, warganet yang meluapkan kemarahannya di medsos sampai salah orang. Yang diserbu, artis lain yang tak kalah tenarnya dan tak ada hubungannya dengan kasus 271 T: Dewi Sandra.

Serangan-serangannya keras. Khas netizen Indonesia. Dewi Sandra menanggapinya santai dan bijak. Sementara Sandra Dewi menutup akun medsosnya.

Baca juga : Setelah Heboh 271 Triliun

Ini menjadi bukti kesekian bahwa jari orang Indonesia sangat lincah dan gesit. Terutama di medsos. Sayangnya, nafsu besar, teliti kurang.

Kecepatan itu tak disertai tingkat li terasi yang baik. Tak didukung pencernaan dan saringan yang baik terhadap informasi.

Kondisi ini tercermin dari survei tingkat literasi yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis OECD. Survei tersebut menempatkan Indonesia di peringkat 62 dari 70 negara. Atau, 10 terbawah.

Survei tersebut dirilis tahun 2019. Lima tahun lalu. Setelah kasus tertukarnya Sandra Dewi dan Dewi Sandra, sepertinya Indonesia belum beranjak jauh. Masih rendah. Itu terlihat dari survei PISA 2022 yang menempatkan Indonesia di peringkat 11 terbawah.Naik sedikit.

Baca juga : Bagi Kursi, Bukan Sekadar Balas Jasa

Kondisi ini sangat memprihatinkan. Karena, kemampuan literasi sangat berperan bagi kemajuan suatu bangsa.

Kemampuan literasi yang baik membuat seseorang dapat memahami, meng analisis, dan menafsirkan informasi secara kritis. Tidak diterima dan dicerna bulat-bulat. Atau sekadar membaca judulnya.

Tingkat literasi yang rendah juga rentan dimasuki hoaks, disinformasi dan sejenisnya. Apalagi menjelang pemilu, ketika produksi hoaks dan disinformasi sangat tinggi, kondisinya lebih mengkhawatirkan. Masyarakat mudah terhasut.

Kondisi ini bisa menyuburkan polarisasi. Karena itu, sangat penting untuk secara serius dan konsisten menerapkan kurikulum yang tepat serta bisa menumbuhkan dan menaikkan tingkat literasi di sekolah-sekolah.

Baca juga : Hukum Rimba Politik Uang

Pendidikan digital yang terkonsep dengan baik sejak usiadini, bisa mengimbangi kebiasaan di rumah tangga Indonesia yang menyodorkan game-game menarik untuk mengatasi anak yang rewel.

Kalau tingkat literasi sudah membaik, Sandra Dewi dan Dewi Sandra pasti tidak akan tertukar. Harvey Moeis juga tidak akan tertukar dengan Harvey lain yang lebih dulu terkenal.

Kalau pendidikan digital serta tingkat literasi membaik, kasus 271 triliun juga tidak akan tertukar atau teralihkan oleh isu lain. Kita tunggu saja.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.