Dark/Light Mode

Politik Di Bulan Puasa

Selasa, 12 Maret 2024 06:19 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Puasa dan politik praktis, bisakah berjalan seiring? Terdengar sulit, tapi perlu diupayakan serius. Karena, di bulan puasa ini, timeline politik Indonesia sedang berada di titik krusial.

Idealnya, bulan Ramadan dan puasa menjadi momen untuk menghayati segala penderitaan rakyat dan mengubur segala hawa nafsu. Termasuk sisi negatif politik. Itu idealnya.

Namun, sekarang ada dua kubu yang berseberangan. Pertama, yang mengatakan, “sudahlah, pemilu legislatif dan pilpres sudah selesai. Pemenangnya sudah ada. Sekarang, kita tatap masa depan, fokus untuk membangun dan bekerjasama demi bangsa dan negara”.

Kubu kedua, yang juga berprinsip demi bangsa dan negara, mengatakan, “ini bukan soal menangkalah. Ini menyangkut arah perjalanan bangsa dan negara ke depan.Dugaan kecurangan pemilu harus diusut supaya tidak menjadi kebiasaan serta tidak terulang dalam pemilu-pemilu berikutnya”.

Baca juga : Pilot Ketiduran Dan Swifties

Di sepertiga awal bulan Ramadan, tanggal 20 Maret 2024 misalnya, akan ada titik krusial. Tanggal itu menjadi batas akhir bagi KPU untuk mengumumkan hasil perolehan suara pemilu.

Pengumuman hasil pemilu oleh KPU, apalagi kalau ada kejutan, bisa membuka arena pertarungan baru bagi politik Indonesia.

Arena tersebut ada tiga. Pertama, jalur politik di DPR berupa penggunaan hak angket untuk menyelidiki dugaan kecurangan pemilu.

Hak angket ini seperti “api dalam sekam”. Terlihat bisa dengan mudah di siram air, lalu padam. Namun, bisa juga tiba-tiba menyala dan terbakar hebat.

Baca juga : Dari Perut Bisa Ke Mana-mana

Arena kedua, pertarungan di Mahkamah Konstitusi (MK). Ini juga menjadi titik penting. Lalu ketiga, di jalanan, berupa aksi-aksi unjuk rasa.

Di sinilah ujian bagi para politisi dan petinggi. Ujian untuk mewujudkan politik yang berkeadaban dan politik menahan hawa nafsu.Karena, selalu ada potensi bagi masing-masing kubu untuk memompa “semangat” dan ambisi politiknya.

Namun, perlu juga diingat, ketika para politisi dan petinggi sedang memperjuangkan hak dan kepentingannya, di sisi lain ada juga rakyat yang tengah berjuang dalam antrian untuk mendapatkan beras murah. Rakyat yang berjuang menghadapi harga-harga yang meroket.

Di sinilah para elit politik dituntut untuk menghadirkan sisi-sisi terbaik politik; politik persaudaraan, politik berkeadaban dan berkeadilan serta berperikemanusiaan.

Baca juga : Angket Dan Mikrofon Mati

Ini penting, karena belakangan, politik seolah menjadi alat untuk memisahkan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Bukan alat untuk memisahkan yang benar dan salah, yang beradab dan tidak beradab.

Di bulan puasa ini, ketika politik berada di titik krusial, banyak yang mungkin akan menikmati kebebasan dan kekuasaan politik. Namun, kebebasan itu bisa menjadi bencana bagi rakyat kalau para pelakunya berubah menjadi budak politik, yang menghamba kepada kursi, bukan kepada rakyat.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.